
Terkadang
pasien yang terkena beberapa jenis penyakit tertentu memerlukan jenis Bimaristan (rumah sakit) khusus. Dengan model Bimaristan yang sesuai dengan kondisi
penyakitnya, pasien mendapatkan pelayanan, perawatan dan pengobatan yang
maksimal.
Tentu saja
hal itu mengharuskan adanya spesialisasi para dokter, perawat, farmasi dan
alat-alat pengobatan.
![]() |
Kolam Air dan Air Mancur yang menghiasi pemandangan Bimaristan atau rumah sakit Islam |
Misalnya
seorang yang menderita penyakit lepra atau kusta tidak bisa digabung dan
disamakan dengan orang yang menderita penyakit ringan. Atau misalnya orang yang
menderita penyakit mental atau penyakit jiwa tidak bisa dicampur dengan pasien
yang menderita penyakit fisik karena luka dan semisalnya.
Dan terkadang juga ada golongan pasien yang tidak dapat
datang ke rumah sakit untuk berobat, seperti orang-orang tahanan yang berada di
dalam penjara, orang yang berada di tengah perjalanan dan jauh dari keramaian,
atau masyarakat yang tinggal di pinggiran yang jauh dari ibu kota. Ternyata di
masa keemasan peradaban Islam, sudah dibuat sistem-sistem rumah sakit yang
menangani semua golongan tersebut.
Sebaiknya marilah kita kenali satu per satu jenis-jenis
rumah sakit atau yang dikenal dengan Bimaristan dan keterangannya
masing-masing.
1. Bimaristan Penyakit Mental
Orang-orang
Muslim menyadari pentingnya perawatan untuk pasien yang terkenal gangguan
mental.
Dalam
pandangan orang-orang Muslim, mereka berhak mendapatkan penanganan dan
perlakuan khusus, minimal untuk menghindari sikap agresif dari pasien sakit
jiwa tersebut pada orang lain. Dimana penderita dapat menyerang orang di
sekitarnya dalam kondisi yang tak dapat terkontrol.
Maka,
orang-orang Muslim sering menambahkan lokasi-lokasi khusus yang terisolasi yang
tidak jauh dari Bimaristan utama, di bangsal-bangsal tersebut dilengkapi dengan
jeruji besi, rantai dan sebagainya, kemudian para penderita penyakit jiwa
diletakkan di dalamnya dengan diberikan pelayanan yang wajar.
Dokter
Muslim tahu bahwa penyakit kejiwaan dan mental memerlukan perawatan khusus. Dan
dokter yang ditempatkan di sana harus menguasai hal-hal yang berkaitan dengan
psikologi manusia.
Perlu
disebutkan bahwa Ibnu Abi Usaibi’ah mengabarkan kepada kita di dalam bukunya
“Uyun Al-Anba” tentang sejumlah kasus penyakit ini dan bagaimana dokter Auhad Az-Zaman mampu mengobatinya.
![]() |
Manuskrip Kitab Uyun Al-Anba fi Thabaqat Athibba jilid 2, sebuah buku yang menyebutkan profil para tabib berdasarkan tingkatan mereka |
2. Bimaristan Kusta
Ini adalah
bangunan yang didirikan khusus untuk para penderita kusta. Mengutip
keterangan Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya, Al-Kamil fi At-Tarikh (2/353 syamilah) pembahasan biografi Al-Walid bin Abdul Malik, salah satu prestasinya adalah
memberi perhatian khusus
kepada para penderita kusta dan melarang mereka untuk meminta-minta. Sedangkan
menurut Nushirawi, dia adalah orang pertama yang tertarik untuk membangun tipe
Bimaristan semacam itu.
Menurut Ibnu
Al-Qifti, orang pertama
yang menulis buku tentang kusta adalah Yohana bin Masaway.
Penyebab
munculnya minat terhadap pembahasan penyakit ini adalah dari gagasan
orang-orang Muslim untuk mengisolasi para penderita penyakit menular, agar
tidak menyebar ke masyarakat lain. Dan hingga hari ini perilaku semacam ini
masih diterapkan dan dianggap baik.
3. Bimaristan Jalan
Orang-orang
Arab dahulu sudah mengenal jenis Bimaristan ini, mereka pun menyadari
pentingnya dan dibutuhkannya oleh masyarakat.
Sebab para
peziarah Makkah dan tempat-tempat suci atau kafilah perdagangan yang menempuh
perjalanan jauh suatu saat memerlukan perawatan di tengah jalan. Seperti
perawatan untuk orang-orang yang terluka, menyelamatkan seseorang yang meminta
bantuan, kelelahan dan sebagainya.
Ibnu Katsir
mengemukakan dalam bukunya “Al-Bidayah wa An-Nihaya” bahwa Bimaristan berjalan
dilakukan oleh seorang yang bijak dan mengetahui cara memberi perawatan,
sedangkan orang-orang kaya yang memiliki kemampuan secara finansial turut
melengkapi kafilah medis Bimaristan ini.
4. Bimaristan Penjara
Orang-orang
Muslim memiliki kepedulian terhadap kemanusiaan sistem penjara, secara medis
mereka memperlakukan para tahanan sama dengan orang di luar penjara.
Hal ini
nampak jelas dilihat dari surat seorang menteri, Isa bin Ali Al-Gharah, menteri
Al-Muktadir, yang dikirimkan kepada Sinan bin Tsabit (At-Thabib An-Natassi),
tabib yang terkenal dalam pengobatan Arab dan memeluk Islam di tangan Al-Qahir.
Setelah Isa
bin Ali mengunjungi penjara, ia merasa perlu untuk merawat pasien dan
memperhatikan kemanusiaan mereka, dia melayangkan suratnya yang terkenal kepada
Sinan dan berkata:
“Semoga Allah memanjangkan umurmu. (Aku mendengar)
tentang orang-orang yang
berada di dalam penjara. Jumlah mereka cukup besar dan lokasi yang
kerin, mereka tidak dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Gerak mereka
terbatas untuk mendapatkan manfaat dan mereka tidak dapat menemui dokter agar meminta sarannya tentang penyakit yang mereka
rasakan.
Maka hendaklah Anda -semoga Allah memuliakan Anda- untuk menunjuk dokter-dokter khusus yang mengunjungi mereka setiap hari dan
mereka harus membawa pula obat-obatan, sirup dan semua yang mereka perlukan dan Anda
mempersilahkan mereka untuk mengunjungi seluruh penjara dan mengobati semua
pasien di dalamnya. (Dengan
demikian), itu dapat menenangkan orang yang mengetahui keadaan mereka In
Syaa Allah.”
Surat
perintah ini dapat dibaca dalam kitab “Akhbar Al-Ulama bi Akhbar Al-Hukama”, oleh Jamaluddin Abu
Hasan Ali bin Yusuf Al-Qifti (hlm. 86 syamilah).
![]() |
Cover Manuskrip Kitab Akhbar Al-Ulama bi Akhbar Al-Ulama |
Sinan pun
menuruti saran ini. Juga berdasarkan penuturan Ibnu Al-Qifti bahwa Al-Muqtadir
meminta Sinan bin Tsabit untuk membangun sebuah Bimaristan dan memberikan
namanya. Dia memesan satu di Bab As-Syam dan menyebutnya Bimaristan
Al-Muktadir, ia membiayai sebanyak 200 dinar tiap bulan. Ini terjadi pada tahun
306 H dan Sinan bin Tsabit pun ditugaskan sebagai kepala kedokteran.
Ketika
Al-Muktadir diberitahu bahwa salah satu dokternya menyebabkan kematian pasien
secara tidak sengaja, ia pun memerintahkan Sinan untuk mengadakan ujian tes
kedokteran. Maka, semua dokter di Baghdad pun menjalani ujian dan jumlah mereka
adalah 800.
5. Bimaristan Keliling
Jenis Bimaristan keliling ini dibuat untuk mengunjungi desa-desa, pinggiran kota, dan
kota-kota yang jauh dari wilayah ibu kota negara. Bimaristan ini mengizinkan
pelayan negara untuk menjangkau siapa saja di ngara tersebut yang membutuhkan
perawatan.
Menteri Ali
bin Isa Al-Jarrah, memerintahkan dokter negara nomor satu, Sinan bin Tsabit, dalam sebuah
surat tertulis, untuk mengizinkan dokter melakukan perjalanan ke daerah
pinggiran negara.
Dia
mengatakan dalam suratnya:
“Saya
memikirkan orang-orang yang tinggal di pinggiran, di antara mereka adalah
pasien yang tidak mendapatkan perawatan medis karena tidak ada dokter di sana.
Jadi, tetapkanlah –semoga Allah memanjangkan hidup Anda- beberapa dokter untuk
mengunjungi batas luar, begitu juga apotek yang menyediakan obat-obatan dan
sirup. Mereka harus melakukan perjalanan melalui pinggiran dan tinggal di
daerah masing-masing selama waktu yang cukup untuk merawat pasien, setelah itu
mereka harus pindah ke tempat yang lain.”
Surat
perintah ini juga dapat dibaca dalam kitab “Akhbar Al-Ulama bi Akhyar Al-Hukama”, oleh Jamaluddin Abu
Hasan Ali bin Yusuf Al-Qifti (hlm. 86 syamilah).
Sumber:
Akhbar Al-Ulama bi Akhyar Al-Hukama, Jamaluddin Abu Hasan
Ali bin Yusuf Al-Qifti
Website:
Pembahasan ini juga pernah diterbitkan oleh Foundation
for Science Technology and Civilisation dalam salah satu jurnal mereka yang
berjudul “The Origin of Bimaristans (Hospitals) in Islamic Medical History”, ditulis
oleh Dr. Sharif Kaf Al-Ghazal.
0 comments so far,add yours