Print Friendly and PDF
Lukisan mata oleh Kamaluddin Al-Farisi
“Saya mengundang Anda... untuk kembali bersama saya menuju 1000 tahun yang lalu untuk mempertimbangkan sejarah Oftalmologi Arab kuno yang mengagumkan yang saya pelajari lima tahun terakhir.” Demikianlah kata-kata Profesor Julius Hirschberg (ahli pengobatan mata dan ahli sejarah pengobatan terkenal di Jerman 1983-1925) yang disampaikan di hadapan American Medical Association, perkumpulan pengobatan Amerika pada tanggal 11-14 Juli 1905.

Mengutip pernyataan tokoh orientalis Jerman bernama Dr. Sigrid Hunke dalam bukunya yang diterjemahkan dalam Bahasa Arab dengan judul “Syamsul Arab Tastha’u ‘Ala Al-Gharb” hlm. 279 ia menuturkan, “Bangsa Arab dalam cabang ilmu kedokteran telah mencapai prestasi yang agung, mereka mengungguli Bangsa Yunani, mereka telah menemukan optik dalam ilmu pengelihatan yang dapat dianggap sebagai Ilmu Arab dan hal ini tidaklah dikatakan berlebihan”.
Ophthalmology adalah salah satu cabang kedokteran Islam yang terdepan pada Abad Pertengahan. Para occulist (dokter spesialis mata) atau dikenal dengan julukan Al-Kahhal, pada zaman Galen agak dibenci, namun pada masa Abbasiyah menjadi profesi medis terhormat, menempati tempat-tempat istimewa di rumah-rumah tangga kerajaan. Ilmuwan Islam Abad Pertengahan bersemangat dalam menggabungkan teori dan praktik, tidak seperti para ilmuwan sebelum mereka, termasuk pembuatan instrumen yang tepat.
Boleh jadi orang pertama dalam dunia Islam yang memiliki kontribusi di bidang ini adalah Hunain bin Ishaq yang terkenal di Barat sebagai Johannitius melalui bukunya “Al-‘Asyr Al-Maqalat ‘an Al-‘Ain”. Ia membahas bagian-bagian dalam otak dan pengelihatan, kesehatan mata, penyakit-penyakit mata dan penyebab serta gejalanya. Menurut Dr. Sigrid Hunke, buku ini menjadi referensi utama dalam pengobatan mata di Eropa hingga abad ke-18.
Dan di antara karya-karya tulis yang awal dalam bidang ini adalah kitab “Daghl Al-‘Ain” yang ditulis oleh Abu Zakariya Yuhanna bin Masawaih (wafat th 242 H).
Salah satu buku khalifah (ditulis sekitar tahun 1260 M) memuat 18 daftar karya dalam Ophthalmology, hanya dalam waktu 250 tahun, orang-orang Muslim menghasilkan 18 karya tertulis dalam bidang Ilmu Pengobatan Mata.
Sementara dalam tradisi Yunani, semenjak Hippocrates hingga Paulus, yang mencakup seribu tahun, hanya menghasilkan 5 buku dalam bidang tersebut. Dan secara umum, di sana ada kurang lebih 30 buku tentang ophthalmology yang dihasilkan oleh umat Islam. Dan yang terpenting dari itu semua adalah semuanya ditulis dengan cara spesialis keahlian khusus dan dalam fakta ada 14 karya yang sampai hari ini masih ada.


Beberapa Tokoh Spesialis Mata Yang Terkenal

1. Ammar bin Ali Al-Mushili
Ia adalah tokoh dari Mosul, Iraq, wafat tahun 411 H. Menulis buku berjudul Kitab “Al-Muntakhab fi Ilaj Amradh Al-Ain”, ia menulisnya di Mesir. Bukunya menguraikan dengan anatomi, pathology, dan menggambarkan optik urat syaraf.
Ia juga menggambarkan 6 metode operasi selaput katarak dan mengeluarkan air biru dengan menggunakan jarum berongga dari bulu burung atau emas atau tembaga untuk menyedot benda lunak dari mata yang menyebabkan pandangan kabur. Sehingga Ammar dianggap penemu operasi katarak dengan metode penyedotan, sebuah metode operasi terbaik pada saat itu.

Illustrasi proses operasi penyembuhan katarak dengan metode penyedotan

Ammar mendiskusikan 48 penyakit mata dalam penjelasan yang ringkas. Manuskrip tersebut dapat dijumpai di Escorial Library di dekat Madrid, Spanyol. Sekalipun buku ini lebih kecil dari bukunya Isa bin Ali, namun memuat beberapa keterangan dan penelitian yang baru. Hingga abad ke-20, karya Ammar masih tersedia dalam bahasa Arab dan terjemah dalam Bahasa Hebrew oleh Nathan, seorang Yahudi yang hidup pada abad ke-13. Karyanya juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Jerman oleh Profesor Julius Hirschberg pada tahun 1905.
Dalam pekerjaan Ammar sebagai ahli bedah dan peneliti, tidak boleh dilupakan bahwa ia adalah orang muslim dan ilmuwan. Ia hidup sezaman dengan Ali bin Isa Al-Kahhal, dan berikut keterangan tentangnya.

2. Ali bin Isa Al-Kahhal
Dia adalah ahli mata Islam yang paling terkenal, lahir di Baghdad, Iraq. Wafat tahun 1010 M atau 430 H. Dikenal di Eropa Abad Pertengahan dengan Jesu Occulist, sebabnya adalah karena ayahnya bernama Isa dan julukannya Al-Kahhal.
Karyanya berjudul “Tadzkiratul Kahhalin” (buku catatan para spesialis mata), merupakan textbook yang terbaik dan terlengkap tentang penyakit mata, ia menyebutkan hampir 130 jenis penyakit mata. Buki ini telah diterjemahkan dan diberi penjelasan ke dalam bahasa Jerman oleh Hirschberg dan Lippert (th 1904) dan ke dalam bahasa Inggris oleh Casey Wood (th 1936).
Ibnu Isa adalah orang pertama yang menjelaskan dan menyarankan pengobatan dalam sejumlah penyakit. Misalnya, ia adalah orang pertama yang menemukan gejala sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) – peradangan ocular yang terkait dengan pemutihan rambut, alis dan bulu mata yang berbeda. Ibnu Isa juga orang pertama yang mengklasifikasikan epiphora sebagai akibat dari kebutaan pterygium yang berlebihan. Ibnu Isa juga sudah menjelaskan arteritis temporalis atau arteritis sel raksasa, ia telah mendahului tabib Eropa bernama Sir Jonathan Hutchinson yang hidup tahun 1828-1913 M.
Ia hidup sezaman dengan Abu Hasan Ahmad bin Muhammad At-Thabari, ia adalah seorang dokter Persia abad ke-10 dari Tabaristan, dokter Rukn Ad-Daulah pada masa Buwaihi, ia adalah penulis “Kitab Al-Mu’alaja Al-Buqratiyah”, buku perawatan Hippocrates.

3. Al-Qadhi Fathuddin Abu Al-Abbas Al-Qaisi
Namanya adalah Ahmad bin Utsman bin Hibatullah. Ia adalah seorang tabib dari Mesir, dijuluki ketua tabib-tabib mesir. Di antara karyanya adalah “Natijah Al-Fikr fi ‘Ilaj Amradh Al-Bashar

4. Abdul Malik bin Marwan
Dia adalah spesialis mata yang lahir di Sevilla, Spanyol dan wafat di Marrakesh, Maroko tahun 1192. Ia adalah tabib raja. Ia menulis buku berjudul “At-Taisir fi Al-Mudawat wa At-Tadbir”.

5. Muhammad bin Qasum bin Aslam Al-Ghafiqi

Kitab 'Al-Mursyid fi Al-Kuhl' karya Muhammad bin Qasum Al-Ghafiqi

Ia adalah seorang tabib, spesialis mata dan ahli farmasi dari Andalusia yang lahir di Cordoba, wafat th 1165 M. ia menjadi spesialis mata pada abad ke-12.
Menulis buku tentang mata pada abad ke-12 yang berjudul “Al-Mursyid fi Al-Kuhl”. Buku ini diterjemahkan oleh Max Mayerhof (seorang ilmuwan Jerman), buku ini menjadi karya terpenting, ia menjelaskan mata, sifatnya, penyakitnya, kondisi orangnya, hingga menghubungkan warna mata dengan lokasi geografis, ia juga menerangkan sebab lemah pandangan dan sebab hilang pengelihatan total. Ia menyertakan gambar alat-alat yang ia gunakan dalam pengobatannya.
Al-Ghafiqi menggunakan risalah Ammar sebagai referensi pekerjaannya. Al-Ghafiqi pandai dalam melakukan operasi pengangkatan air putih dari mata (katarak). Dialah yang menulis buku yang terkenal dalam tanaman obat yang berjudul “Al-Adwiyah Al-Mufradah”.

6. Khalifah bin Abu Al-Mahasin Al-Halabi
Khalifah bin Abu Al-Mahasin dari Aleppo, Syiria. Pada tauh 1260 M ia menulis buku berjudul “Al-Kafi fi Al-Kuhl” setebal 811 halaman setelah ditahqiq, buku ini menerangkan dan menggambarkan variasi instrumen bedah, termasuk 36 alat bedah mata. Ia juga membahas tentang saluran kecil yang menghubungkan antara mata dan otak, juga 12 macam operasi katarak, terdapat juga penjelasan lapisan-lapisan bagian mata, proses hubungan antara mata dan otak dan sebagainya.

Kitab 'Al-Kafi fi Al-Kuhl' karya Khalifah bin Abu Al-Mahasin Al-Halabi
Beliau menjelaskan manfaat mata, yaitu menjaga badan dari kerusakan yang timbul dari luar, dan mengetahui berbagai benda beserta bentuknya, dan membimbing manusia ke arah yang ia inginkan. Karenanya, mata terletak di tempat yang paling terjaga di bagian atas tubuh seolah menjadi bagian terdepan.

Lukisan maata yang dibuat oleh Khalifah bin Abu Al-Mahasin Al-Halabi dalam Al-Kafi fi Al-Kuhl hlm 64
Katarak dalam istilah bahasa Arab adalah Al-Ma’ Al-Nazil fi Al-‘Ain, yaitu air yang turun ke mata, air yang mengumpul pada lensa, sehingga menjadikan berawan. Dan pandangan buram tersebut dapat dihisap menggunakan jarum berongga, dengan demikian katarak dapat terangkat dan pasien dapat segera melihat kembali.
Gambar alat-alat pengobatan mata dalam kitab Al-Kafi fi Al-Kuhl hlm 326 

7. Shalahuddin bin Yusuf Al-Kahhal
Shalahuddin bin Yusuf Al-Kahhal dari Hammah, Syiria. Menulis buku pada tahun 697 H bertepatan 1290 M dengan judul “Nur Al-‘Uyun wa Jami’ Al-Funun”, dia mendiskusikan pekerjaan baru dalam teori optik dalam pengelihatan.

Cover 'Nur Al-'Uyun wa Jami' Al-Funun' karya Shalahuddin bin Yusuf Al-Kahhal Al-Hamawi
Ia banyak terpengaruh oleh Ammar bin Ali Al-Mushili, ia juga mengutip beberapa ucapan dari risalah Ammar.

8. Ibnu Abi Ushaibi’ah
Namanya adalah Ahmad bin Sadiduddin Abul Abbas, lahir di Kairo. Karyanya yang terkenal adalah “’Uyun Al-Anba fi Thabaqat Al-Athibba”, ia menekuni kedokteran mata pada masa Ayyubiyah di Kairo. Ia banyak mengambil faidah dari perjalanannya ke Bimaristan An-Nashiri dari pelajaran spesialis mata dari As-Sadid Ibnu Abi Al-Bayan Al-Israili, seorang tabib spesialis mata dan penulis kitab “Al-Aqrabadzin”.

9. Ali bin Abu Hazm Al-Qarsy Ad-Dimasyqi, Ibnu Nafis
Ia belajar di Bimaristan An-Nuri dan berguru pada Muhazzab Ad-Din Ad-Dakhwar, lalu berkelana ke Mesir dan tinggal di sana hingga wafat tahun 687 H / 1288 M. Dialah orang pertama yang mengungkap peredaran darah. Dalam fikih, ia termasuk pengikut madzhab Syafi’i.
Menurut Jurnal Persatuan Medis Amerika (th 1935), di perpustakaan Vatikan terdapat sebuah manuskrip tulisan Ibnu Nafis dengan judul “Al-Muhazzab fi Al-Kuhl Al-Mujarrab”, di dalamnya ada deskripsi berbagai mata hewan, pembahasan variasi dan warna mata manusia, bentuk mata orang Sudan, Turki, Arab Badui, dan lainnya. Beliau menyebutkan berbagai pembahasan yang barangkali tidak terpikirkan oleh sebagian orang untuk disebutkan terperinci dalam buku tentang mata.

Kitab 'Al-Muhazzab fi Al-Kuhl Al-Mujarrab' karya Ibnu Nafis
Buku beliau yang berjudul “Al-Muhazzab fi Al-Kuhl Al-Mujarrab” ini terdiri dari 522 halaman setelah ditahqiq.
Disebutkan bahwa Ibnu Nafis ketika tertimpa sakit yang menyebabkan kematiannya, sakitnya berlanjut selama enam hari, sebagian tabib datang menyarankan beliau untuk mengkonsumsi khamr, karena berguna untuk penyembuhannya. Namun Ibnu Nafis menolak saran tersebut, sekalipun dianggap mengobatinya, seraya mengatakan ‘Aku tidak akan bertemu dengan Allah Ta’ala sementara terdapat khamr di dalam perutku’.
Sebagian penulis membaca Al-Qursyi nisbat kepada Quraisy, tetapi yang benar adalah dengan fathah qaf dan sukun ra’, Qarsy, suatu tempat di daerah maa waraa’a nahr.
10. Abu Al-Muttharif Abdurrahman bin Wafid Al-Lakhmi
Menulis buku berjudul “Tadqiq An-Nazhar fi ‘Ilal Hassah Al-Bashar, wa Nuzhat Al-Afkar fi ‘Ilaj Al-Abshar”.


Masih banyak lagi nama-nama spesialis mata, dan hampir semua tabib muslim yang besar menyebutkan penyakit mata dalam karya-karya besar mereka, seperti Ar-Razi dalam “Al-Hawi”, Ibnu Sina dalam “Al-Qanun”, Az-Zahrawi dalam “Al-Tasrif”, Ali bin Abbas Al-Ahwazi dalam “Kamil As-Shina’ah At-Thibbiyah” yang terkenal dengan “Kitab Al-Malaki”.


Di Eropa Masih Belum Ada Ahli Mata

“Sejak tahun 800 hingga 1300 M dunia Islam menghasilkan tidak kurang dari 60 spesialis mata yang terkenal, mereka menulis buku dan menghasilkan karya-karya ilmiah di bidang ophthalmology. Sementara di Eropa, sebelum abad ke-12 tak pernah terdengar satu orangpun ahli mata.” Demikian penuturan Profesor J. Hirschberg.
Orang-orang Muslim menemukan berbagai karya original dalam anatomi mata. Karya tersebut mencakup pengantar berupa pengertian berbagai istilah, semisal bola mata, conjunctiva, kornea, uvea dan retina. Mereka juga melakukan operasi pembedahan mata.
Profesor J. Hirschberg mengakhiri pembicaraannya dengan ucapan:
“Selama masa kegelapan Abad Pertengahan Eropa mereka (orang-orang Muslim Arab) bersinar dan menyalakan lampu untuk ilmu pengetahuan kita (dalam bidang ophthalmology) – dari Guadalquivir (di Spanyol) sampai Sungai Nil (di Mesir) dan hingga Sungai Oxus (di Rusia)”.


Referensi:

- Al-Kafi fi Al-Kuhl, Khalifah bin Abi Al-Mahasin Al-Halabi, tahqiq Dr. Muhammad Dhafir Al-Wafa’I dan Dr. Muhammad Rawas Qalaji
- Al-Muhadzdzab fi Al-Kuhl Al-Mujarrab, Ali bin Abu Hazm Al-Qarsyi Ad-Dimasyqi Ibnu Nafis, tahqiq Dr. Muhammad Dhafir Al-Wafa’I dan Dr. Muhammad Rawas Qalaji. Cet kedua th 1994 M.
- Juhud Ulama Al-Muslimin fi Taqaddum Hadharah Insaniyah, Dr. Khuwaithir hlm. 59-61
- Syamsul Arab Tastha’u ‘Ala Al-Gharb, Dr. Sigrid Hunke, terjemah dari Bahasa Jerman ke Bahasa Arab oleh Faruq Baidhun dan Kamal Dasuqi hlm. 279
- Muslim Heritage, artikel ditulis oleh Dr. Ibrahim Shaikh (anggota Manchester Medical Society, Universitas Manchester, UK) dengan judul Eye Specialist in Islamic Cultures

- Wikipedia

0 comments so far,add yours