Print Friendly and PDF


Braille adalah sistem tulisan sentuh yang diperuntukkan bagi kaum Tunanetra (buta). Banyak yang menganggap bahwa sistem ini ditemukan oleh seorang Perancis yang bernama Louis Braille yang buta disebabkan kemalangan di masa kecilnya. Louis Braille lahir pada tahun 1809 M dan meninggal pada tahun 1852.

Namun, jika kita membaca dan membolak-balik lembaran kitab-kitab sejarah, ternyata lebih dari 540 tahun sebelumnya sudah ada yang pernah menggunakan huruf timbul dengan metode yang digunakan oleh Louis Braille tersebut. Ia adalah seorang ilmuwan muslim dari Baghdad yang bernama Zainuddin Al-Amidi. Ia wafat 712 H / 1312 M.

Marilah kita telaah lebih lanjut siapakah ilmuwan muslim tersebut?

KELAHIRAN DAN KEBUTAAN AL-AMIDI

Syaikh Imam Zainuddin Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad bin Yusuf bin Khadhir Al-Amidi. Nisbat kepada Amida, tempat terkenal di provinsi Diyarbakir dan sekarang masuk wilayah Turki.

Lahir dan hidup di Baghdad, tidak diketahui tahun kelahirannya akan tetapi diketahui hidup dan tumbuh di Baghdad dan tidak meninggalkannya.

Belajar di majelis para masyaikh di sana dan pemukanya adalah Majduddin Abdusshamad Ibnu Abi Al-Jaisy, Syaikh ilmu Qira’aah (metode pembacaan Al-Qur'an) di Baghdad wafat tahun 67 H.

Ia mendapat musibah kehilangan pengelihatan ketika masih kecil. Sekalipun demikian, ia belajar di tangan para guru bahasa di Baghdad dan mempelajari beberapa Ilmu Al-Hiyal yang dikenal juga dengan Ilmu Mekanika.

As-Shafadi menyebutkan bahwa ia adalah orang yang berwibawa, shaleh, terpercaya, jujur, dan dihormati. Memiliki kelebihan dalam menafsirkan mimpi dan memiliki beberapa kelebihan yang menakjubkan.  

ILMU AL-AMIDI YANG LUAS

Beberapa bidang keilmuan yang beliau kuasai:
Fikih. Menguasai fikih Hanbali dan menjadi salah satu pembesarnya
Ilmu Bahasa. Mahir dalam ilmu-ilmu Bahasa Arab. Ia juga menguasai berbagai bahasa, seperti Bahasa Persia, Bahasa Turki, Bahasa Romawi, dan Bahasa Mongol.

Ilmu Tafsir Mimpi. Di antara peristiwa yang ia alami adalah ia pernah memiliki harta dan dicuri seseorang, lantas ia bermimpi, lantas ia pun mendatangi seseorang tempat harta itu dititipkan oleh pencuri, dan menceritakan kejadiannya. Ketika si pencuri datang ke tempat penitipannya, tidak lagi bisa berkata apa-apa.

Sultan Mongol bernama Ghazan yang merupakan salah satu cucu Hulagu putera Jengis Khan ketika datang ke Baghdad pada tahun 695 H mengunjunginya di Madrasah Al-Mustanshiriyah, ia pun bercakap-cakap dengannya dengan berbagai bahasa.



Gambar: Madrasah al-Mustanshiriyyah di Baghdad, Iraq, dibangun tahun 1227 Masehi

Gambar: Ukiran pada gerbang utama Madrasah al-Mustanshiriyyah
INOVASI AL-AMIDI MEMBUAT HURUF TIMBUL

Sekalipun ilmunya luas, namun ia hidup dari hasil keringatnya sendiri, ia bekerja dan tidak bergantung pada pemberian orang lain. Ia tidak meninggalkan pekerjaannya.

Ia adalah seorang yang memiliki pekerjaan berkaitan dengan kertas, ia juga sibuk dengan perdagangan kitab. Dan sebagai pedagang kitab, sekalipun tidak dapat melihat, ia tidak menemui kesusahan dalam profesinya.

Jika seseorang misalnya meminta jilid pertama kitab tertentu maka ia bangkit dan menghadirkannya. Ia dapat mengusap kitab dan mengatakan, kita ini mencakup ini dan itu tanpa salah. Jika sebuah kitab ditulis dengan dua khat maka ia dapat mengetahuinya atau misalnya ditulis dengan tulisan kurang jelas.

Ia tidak pernah kebingungan menentukan harga-harganya, karena ia meletakkan selembar kertas setelah dililitkan dengan tipis kemudian membuat satu atau beberapa huruf hijaiyah untuk menentukan harga kitab berdasarkan kata dari huruf-huruf tersebut, kemudian ia menempelkannya di tepi cover kitab bagian dalam, lalu ia menempelkan kertas tipis di atasnya agar tidak lepas. Jika ia ingin mengetahui harga kitab, atau karena ragu-ragu menentukan harganya, maka ia cukup meletakkan jemarinya di tempat huruf timbul tadi dan segera ia tahu harganya.

Metode tersebut digunakan oleh Zainuddin Al-Amidi untuk memudahkan dirinya mengetahui harga kitab. Ia telah menggabungkan keahliannya di bidang bahasa dan insinyur yang menghasilkan ide membaca bagi orang-orang yang buta.

Maka sejumlah kitab-kitab sejarah ilmu pun menyebutkan bahwa Al-Amidi adalah penemu pertama huruf timbul yang dapat dibaca oleh orang buta, sekarang dikenal dengan metode tulisan Braille.

Hal itu jauh-jauh sebelum penemuan seorang insinyur dari Perancis yang bernama Louis Braille selisih kurang lebih 600 tahun, karena metode braille dianggap ada pada tahun 1236 H / 1850 M.



Selain inovasinya, Al-Amidi juga memiliki sejumlah karya tulis dalam bidang Bahasa Arab, Fiqih dan khilafnya. Di antara kitab karangannya adalah "Jawahir At-Tabshir fi Ilmi At-Ta’bir" dan sejumlah ta’liq (komentar) dalam masalah fikih.

Seorang peneliti Saudi Arabia bernama Turki As-Sakran dalam Disertasi doktoralnya tentang "Dirasat Syar’iyyah Al-Khashah bi Al-Mu’awwiqin" (Studi Syari'at Islam yang Dikhususkan bagi Kaum Disabilitas) di Universitas Islam Madinah Al-Munawwarah pun mengungkap hal ini. Al-Amidi adalah penemu tulisan untuk orang buta yang sebenarnya.

REFERENSI:
- Ad-Durar Al-Kaminah fi A’yan Al-Mi’ah At-Tsaminah, Ibnu Hajar Al-Asqalani 1/349
- Al-A’lam, Khairuddin Az-Zirikli, 4/257
- Nakts Al-Himyan fi Nukat Al-‘Umyan, Shalahuddin As-Shafadi, 1/82-83
Website: 
- Wikipedia Zayn al-Din al-Amidi dan Louis Braille 
- Grup online www.socialar.com

DITULIS OLEH:
Fida' Abu Sa'ad*
  

* Mahasiswa LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), Jakarta. Cabang Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, KSA. Fakultas Syariah, Semester III. 

0 comments so far,add yours