Orang-orang Barat mengklaim bahwasanya mereka mengambil ilmu-ilmu mereka sekarang ini dari para Filosof Yunani secara langsung. Namun sayangnya hal ini sangat mengherankan, sebab zaman pemisah antara Peradaban Yunani dan Renaisans (Kebangkitan Sains Eropa) terlalu lama. Jika kita melihat kembali sejarah, peradaban Yunani Kuno berakhir pada abad ke-4 SM. Lantas, bagaimana bisa orang-orang Eropa yang berada di abad ke-15 M., tiba-tiba tercerahkan dengan karya-karya yang berjarak sekitar 1800-an tahun dari mereka tanpa ada perantara apa pun? Apakah Eropa menciptakan kebangkitan Sains begitu saja dari sesuatu yang nihil? Mengapa Eropa mengklaim bahwa mereka menciptakan Renaisans dari Peradaban Yunani Kuno?
1000 tahun amnesia. Sebuah kritik yang disampaikan oleh Prof. Salim al-Hassani dalam sebuah tayangan live National Geographic. Menjelaskan tentang mengapa dunia amnesia terhadap 1000 tahun yang berada di antara akhir zaman Peradaban Romawi Kuno (abad ke-7 M.) dengan zaman Renaisans (abad ke-15/16 M.).
Video: Ceramah Salim al-Hassani tentang 1000 tahun amnesia Peradaban Islam antara Peradaban Yunani Kuno dan Renaisans di Nat Geo Live (Bahasa Inggris)
gambar: Penjelasan 1000 tahun yang dilupakan sejarah yang terletak antara Peradaban Yunani dan Romawi Kuno dengan Renaisans, yang ternyata adalah Peradaban Islam
Prof. Salim al-Hassani menjelaskan bahwa sejarah menyatakan bahwa 1000 tahun antara tahun 600 - 1600 M. adalah zaman kegelapan. Sejarah lupa bahwa Renaisans tidak mungkin begitu saja muncul dari nihil. Ada sejarah peradaban yang sengaja dilupakan atau dihapus. Peradaban itu adalah peradaban Islam, yang telah sengaja dituduh sebagai zaman kegelapan.
Namun, demikian, sebagian dari orang-orang Islam sendiri masih saja juga menganggap bahwa fakta 1000 tahun amnesia ini adalah teori yang tidak berdasar, atau isu yang perlu dianggap sebagai hoax. Maka biarlah perwakilan dari orang-orang Barat sendiri yang berbicara tentang sejarah Renaisans Eropa yang dimanipulasi ini.
Ialah Lloyd Motz (1909-2004 M.), pakar Astronomi Amerika dan Jefferson Hane Weaver, penulis di bidang Matematika dan Fisika, berkata dalam buku mereka 'The Story of Physics':
"Tidaklah benar jika Barat benar-benar terputus dari para Filosof Yunani secara keseluruhan, akan tetapi yang benar adalah: Barat terhubung pada para Filosof dan Ilmuwan Arab dan Muslimin dari jalur yang banyak. Dari hubungan inilah mereka dapat menemukan metode eksperimental yang inderawi (nyata/kongkrit).
Dan tidaklah berlebihan jika kami katakan bahwa alat-alat eksperimen dan tes uji eksperimen pertama kali di dunia adalah alat-alat yang dibuat di zaman pertengahan di tanah Arab-Islam. Tidak pernah disebutkan bahwa salah seorang dari orang-orang Yunani pernah menciptakan instrumen/alat-alat untuk melakukan eksperimen sebagaimana yang telah diciptakan oleh para ilmuwan Arab. Terutama di bidang ilmu cahaya (Fisika), sebagaimana alat-alat yang pernah diciptakan oleh Ibnu al-Haytsam. Dan beliau bernama Abu 'Ali al-Hasan bin al-Haytsam. Dikenal oleh orang-orang Barat di zaman pertengahan dengan nama 'Alhazen'.
gambar: Eksperimen Lilin Alhazen (Ibnu al-Haytsam)
Beliau dilahirkan di Basrah (Iraq) pada tahun 965 M. dan meninggal di Kairo (Mesir) pada tahun 1040 M. Dan sejarah menyebutkan bahwa beliau memiliki sekitar 200 karya tulis di bidang Matematika, Astronomi, Sains Natural, Filsafat, dan Medis. Karya beliau yang terpenting adalah kitab 'Al-Manazhir' (Optik) yang diterjemahkan ke bahasa Latin pada tahun 1572 M. Buku ini (Al-Manazhir) memiliki peran yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan orang-orang Barat. Dan sangat mungkin bila Newton telah menelaah karya-karya Ibnu al-Haytsam, dikarenakan Guru Newton; Isaac Barrow (1630-1677 M.) adalah salah seseorang dari para penelaah karya-karya Ibnu al-Haytsam, terutama metode eksperimental-nya (Sains/Fisika) dan metode matematis deduktif-nya (Matematika) -yang mana Newton dengan berani menambahkan Hipotesis padanya.
Dan sangat mungkin sekali jika teori Newton -yang menyatakan bahwa 'cahaya terdiri dari partikel-partikel kecil'- diambilnya dari penyerupaan Ibnu al-Haytsam antara pemantulan cahaya pada cermin mengkilap dengan pemantulan bola yang lentur pada landasan yang terpoles yang terbuat dari baja. Sebagaimana dimungkinkan pula bahwa para Ilmuwan besar Renaisans telah terpengaruh dengan metode Ibnu al-Haytsam dalam analisis, eksperimen, dan penalaran matematis..."
Selesai penukilan dari:
Buku: Qishshah al-Fiziya' (Kisah/Sejarah Fisika)
Judul Asli: The Story of Physics
Pengarang: Lloyd Motz dan Jefferson Hane Weaver
Penerjemah: Dr. Thahir Tarbadar dan Wa'il Atasy
Tentang penelaahan Isaac Barrow atau 'pencurian' ia lakukan pada teori-teori Ibnu al-Haytsam/Alhazen ada pada link berikut:
http://www.encyclopedia.com/people/science-and-technology/mathematics-biographies/isaac-barrow
Sumber:
muslimheritage.com
phypro.wordpress.com
Ditulis oleh:
Ahmad Ubaidillah*
* Mahasiswa Prodi Takmili Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab di Jakarta cabang Universitas Al-Imam Muhammad bin Saud Riyadh Kerajaan Arab Saudi
0 comments so far,add yours