Print Friendly and PDF



Al-Majrity adalah salah satu dari para ilmuwan tekenal di bidang ilmu kimia, lebih khusus lagi ia berusaha memisahkan khurafat-khurafat mistik dari ilmu ini yang pada mulanya selalu terkait dengannya.

Dalam artikel sebelumnya telah dibahas peradaban Kota Madrid, mengenai asal-usulnya, tata kota, pendidikan, dan lainnya. Apabila Anda belum membacanya silahkan menuju link berikut ini :


Baiklah, di dalam artikel tersebut penulis mengisyaratkan bahwa ada salah satu bagian yang harus dipisahkan dalam artikel khusus, yaitu sosok ilmuwan besar dari Madrid yang namanya harum dalam kitab-kitab sejarah dan biografi. Ia adalah Abu Al-Qasim Al-Majrity. Kita akan mengenal lebih lanjut sosok ini.

Al-Majrity adalah satu dari ilmuwan kimia, matematika, dan falak di kawasan Andalusia dan Arab Barat. Disamping perhatiannya terhadap berbagai cabang keilmuan (seperti halnya kebanyakan ilmuwan muslim pada masa itu) namun namanya lebih dikenal dalam bidang ilmu kimia.

gambar: Ilustrasi alat-alat percobaan Kimiawi karya Jabir bin Hayyan, Bapak Kimia Peradaban Islam, sumber: Wikipedia

KELAHIRAN AL-MAJRITY DAN KEHIDUPAN ILMIAHNYA

Dia adalah Abu Al-Qasim Maslamah bin Ahmad bin Qasim bin Abdillah Al-Majrity. Terlahir pada tahun 338 H yang bertepatan dengan tahun 950 M.

Mendapatkan gelar Al-Majrity karena terlahir di Majrit (yang saat ini disebut dengan Madrid). Namun ia pindah ke Cordoba dan wafat di sana pada tahun 398 H yang bertepatan dengan tahun 1007 M.

Ia selalu melakukan perjalanan menuntut ilmu dan berdialog dengan para pembesar ulama. Ia pergi ke negara timur dan di sana ia bertemu dengan para ulama Arab.

Kemudian kembali ke Cordoba lalu mendirikan madrasah (ma’had ilmi). Di madrasah tersebut diajarkan berbagai acam ilmu teoritis dan praktis, serupa dengan universitas-universitas teknologi modern. Di madrasah tersebut banyak ilmuwan pilihan yang menempuh pendidikannya, baik dalam bidang matematika, falak, kedokteran, filsafat, kimia maupun ilmu hewan. Seperti Abu Al-Qasim Al-Gharnaty yang terkenal dengan kitab pembuatan Astrolab, juga seperti Abu Bakr Al-Kirmany yang terkenal di bidang pembedahan dan insinyur, dan ada banyak lagi selain mereka berdua.


PUJIAN PARA ILMUWAN KEPADA AL-MAJRITY

Al-Majrity memperoleh berbagai macam pujian dari para ilmuwan muslim, sebagai apresiasi atas kontribusinya dalam bidang yang ia geluti, yang tentunya membutuhkan usaha yang tidak ringan.

Al-Qufty berkata tentangnya:

“Ia adalah pemuka para matematikawan di Andalusia, ia lebih tahu tentang ilmu falak dan pergerakan bintang, ia juga memiliki minat terhadap meteorology (ilmu cuaca berdasarkan bintang).

Ia menulis kitab yang bagus dalam bilangan.. ia juga memiliki kitab ringkasan dalam perubahan bintang dari tabel pergerakan bintang yang ditulis oleh Al-Battani.. ia menambahkan tabel-tabel yang bagus sekalipun ikut dalam kesalahan di dalamnya dan tidak memperingatkan tempat-tempat kesalahan di dalamnya.
Ia (Maslamah) wafat sebelum terjadi kerusuhan di Andalusia pada tahun 398 H. ia telah melahirkan banyak murid-murid.”

Ibnu Khaldun juga berbicara tentangnya:

“Maslamah Al-Majrity adalah Syaikh Andalusia dalam ilmu kimia pada abad ke-3”

Nampak dari kesaksian Al-Qufty dan Ibnu Khaldun seberapa jauh kedudukan yang telah dicapai oleh Al-Majrity. Kepemimpinanya di madrasah ilmiyyah yang meluluskan sekian banyak ilmuwan pencerah dunia dengan ilmu yang mereka dapatkan.


METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH AL-MAJRITY

Al-Majrity unggul dalam kecermatan dan kekuatan ulasannya, dalam berfikir ia bersandar pada penelitian. Ia telah melepaskan ilmu kimia dari berbagai khurafat, sihir dan mantra. Karena saat itu memang sedang menyebar luas. Ia telah berusaha menampakkan bahwa kimia adalah ilmu yang mulia, bahkan salah satu ilmu terbaik yang hendaknya dipelajari.

Di antara ucapan-ucapannya yang masih menggema terkait ilmu kimia adalah:

1.      Tidak mungkin seorang murid mengaku memiliki ilmu kimia jika ia belum benar-benar konsentrasi dengannya.

2.      Seorang murid dalam kimia harus memiliki berbagai kriteria tertentu, tidak akan sukses tanpanya: Pertama ia harus memperkaya wawasan dalam matematika dengan membaca Euclid, dan ilmu falak dengan membaca Almagest yang ditulis oleh Ptolemaeus, dan ilmu fisika dengan mambaca tulisan Aristoteles dan Democritus atau Apollonis, dan ilmu logika dengan membaca tarjamahnya Al-Kindi terhadap Aristoteles. Setelah itu ia pindah ke kitab Ibnu Hayyan dan Ar-Razy.

3.      Setelah memperoleh dasar-dasar ilmu fisika tersebut, dia harus melakukan eksperimen-eksperimen dan mengamati materi-materi kimia dan berbagai reaksinya.

4.      Karena perilaku fisika hanya satu dan tidak dapat berubah-ubah; karena sesuatu yang satu tidak berkerja kecuali dengan cara tertentu, maka pelajar harus mengamati langkah demi langkah, ia bagaikan seorang dokter yang mendefinisikan penyakit dan mengidentifikasikan obatnya.

gambar: Ilustrasi alat-alat percobaan Kimiawi karya Jabir bin Hayyan, Bapak Kimia Peradaban Islam, sumber: muslimdebate.org


Al-Majrity telah meletakkan sejumlah syarat bagi siapapun yang berminat menggeluti kimia; faktor yang mungkin mendorongnya adalah minatnya dalam membersihkan kimia dari berbagai khurafat dan mistik yang menempel padanya.

Terlebih lagi, keyakinan yang sedang mendominasi para pegiat kimia pada masa itu adalah mereka sedang mencari harta dan kekayaan.

Dan yang dilakukan adalah mengubah barang metal yang murah menjadi sebatang emas. Mereka benar-benar maunya mendapat segala hal dengan instan dan selalu mencari jalan pintas.


BERBAGAI PRESTASI AL-MAJRITY

Di Eropa, Al-Majrity dikenal sebagai orang pertama yang mengoreksi peta falak yang dibuat oleh Ptolemeus, juga rasail Ikhwan As-Shafa, dan Al-Jadawil Al-Falakiyah milik Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Ia sangat terkenal dalam bidang matematika, ditambah lagi kehormatan dan pengakuan yang ia dapat berkat usaha-usaha berharga yang ia kerahkan dalam bidang kimia.

Al-Majrity menyerukan pentingnya mempelajari kimia dengan metode ilmiah yang berdasarkan pada eksperimen dan penelitian.

gambar: Replika Al-Inbiq buatan Jabir bin Hayyan, Kimiawan Islam Agung, yang dipamerkan di Museum of Science and Technology in Islam milik King Abdullah University of Science and Technology

Ia juga menyebutkan bahwa matematika merupakan ilmu wajib bagi pelajar ilmu kimia; ia mendorong murid-muridnya  agar bertahap dan bersabar dalam mempelajari teori-teori dasar, dan berlatih secara mandiri dalam mengadakan uji coba laboratorium.


KARYA-KARYA TULIS AL-MAJRITY

Abu Al-Qasim mendedikasikan kehidupannya untuk menulis dan mengarang, ia menulis dalam berbagai cabang bidang pengetahuan; di antaranya: Ilmu Falak, Ilmu Matematika, Ilmu Kimia, dan Ilmu Zoologi.

Kitab-kitab terpenting karya tulisnya adalah:


Dalam Bidang Kimia:

1. Rutbah Al-Hakim
2. Ghayah Al-Hakim.

Kitab Rutbah Al-Hakim masuk kategori kitab yang popular dan fenomenal. Kitab ini mencakup berbagai fase perkembangan kimia di tangan para ilmuwan Arab selama 150 tahun silam, yaitu setelah masa Ibnu Hayyan. Dan secara khusus mencakup berbagai sisi ilmiah, berbagai maklumat yang dikumpulkan oleh para pakar kimia. Para sejarahwan ilmu mengkategorikan kitab ini sebagai rujukan penting, seseorang yang meneliti sejarah kimia dapat merujuk pada kitab ini.


gambar: Pameran replika alat-alat percobaan Kimiawi dari peradaban Islam di Museum of Science and Technology in Islam milik King Abdullah University of Science and Technology

Dasar-dasar dan teori-teori dalam kitab "Rutbah Al-Hakim" tidak berbeda jauh dari kitab-kitab Ibnu Hayyan dan Ar-Razy.

Bahkan Al-Majrity pun mengakui kehebatan kedua ilmuwan tersebut sebagaimana mestinya, dan secara khusus ia banyak mengungkapkan pujiannya kepada Jabir.

Dalam kitab ini, Al-Majrity mengadopsi sebuah teori Jabir yang menyatakan: Sesungguhnya unsur metal terbentuk dari kesatuan unsur merkuri dan sulfur. Teori ini menyebar di kalangan para ilmuwan kimia dari Arab. Al-Majrity juga sependapat dengan Jabir bahwa barang-barang tambang berbeda-beda, namun perbedaan tersebut bermuara dari kadar fisika yang ada empat, yang merupakan dasar dari setiap benda. Ia juga satu pendapat dengan Jabir bahwa ada kemungkinan perubahan metal yang biasa menjadi benda yang berharga melalui proses exilir (Al-Iksir). Ia selalu mendengungkan ucapannya: Kimia adalah obat yang mulia dan permata yang lembut, benda-benda permata dapat berpindah dari posisi di bawah menuju posisi di atas.

Al-Majrity sangat menaruh perhatian besar dalam kitabnya secara khusus dalam eksperimen combustion (pembakaran) dan rekasi-reaksi yang dihasilkan darinya, serta perubahan-perubahannya. Itu merupakan eksperimen yang menjadi dasar dalam seluruh terori kimia secara khusus dengan timbangan materi dan perubahannya melalui pembakaran tersebut.


EKSPRIMEN KIMIA BERSEJARAH OLEH AL-MAJRITY

Al-Majrity ketika menulis Rutbah Al-Hakim menyebutkan suatu eksperimen yang bersejarah. Ia mengatakan:

"Aku mengambil merkuri yang lemah yang bersih dari kotoran, aku letakkan di dalam gelas kaca dalam bentuk telur, lalu aku masukkan ke wadah yang menyerupai bejana masakan, aku nyalakan api yang tenang di bawahnya setelah aku tutup, lalu aku biarkan mendidih selama 40 hari 40 malam.

Gambar: Merkuri

Dengan tetap menjaga kadar panasnya tidak lebih dari aku bisa meletakkan tanganku di wadah luar, setelah itu aku perhatikan bahwa merkuri yang semula seberat ¼ rithl (suatu ukuran berat), seluruhnya menjadi bubuk merah lembut dan dapat disentuh, dan timbangannya tidak berubah sama sekali dalam eksperimen ini.

Maka timbangan merkuri tersebut bertambah hasil dari reaksinya bersama oksigen : Merkuri + Oksigen = Oxide Merkuri Merah. 

Gambar: Oxide Red Mercury

Namun nampaknya ada bagian merkuri yang menguap... dan berkurangnya timbangan karenanya seukuran dengan tambahan yang dihasilkan menyatunya sisa merkuri dengan udara."

Sungguh merupakan eksperimen yang dikenang dalam sejarah kimia, dijadikan dasar dalam penelitian yang dilakukan oleh Joseph Priestley, seorang ilmuwan yang memiliki teori-teori penemuan oksigen, dan juga Antonie-Laurent de Lavoisier, orang pertama membuat undang-undang pemeliharaan benda dan mengenali oksigen, setelah sekitar satu abad kemudian.

Seandainya Al-Majrity mampu mematenkan eksperimen tersebut dan mendapatkan paten darinya, niscaya akan menjadi percobaan kimia yang paling mengagumkan. Sekalipun demikian, ia telah meletakkan dasar-dasar penyatuan zat-zat kimia.

Adapun tentang kitabnya yang berjudul "Ghayah Al-Hakim", sebuah kitab yang dibutuhkan oleh peneliti sejarah peradaban islam pada abad pertengahan. Kitab ini tidak hanya mencakup sejarah kimia saja, namun mencakup banyak karya-karya ilmiah yang dicapai oleh umat Islam terdahulu dalam Ilmu Falak, Ilmu Matematika, Ilmu Mekanik, dan Natural History.

Di antara karangan Al-Majrity juga adalah:

3. Kitab Al-Ahjar
4. Kitab Syarh Al-Majisthy li Al-Bathlimus
5. Kitab Mafkharah Al-Ahjar Al-Karimah
6. Kitab Raudhah Al-Hadaiq wa Riyadh Al-Khalaiq
7. Kitab Tamam Al-‘Idad fi Al-Hisab (Kitab Al-Mu’amalat)
8. Kitab Ikhtishar Ta’dil Al-Kawakib min Zaij Al-Battani
9. Risalah fi Al-Asthurlab
10. Kitab fi At-Tarikh
11. Kitab fi At-Thabi’iyyat wa Ta’tsir An-Nasy’ah wa Al-Bi’ah fi Al-Kainat Al-Hayyah
12. Ar-Risalah Al-Jami’ah
13. Kitab Al-Idhah fi Ilmi As-Sihr

Ilmu-Ilmu Selain Kimia:

Al-Majrity bukanlah sebatas ahli kimia saja, namun ia juga menggeluti banyak cabang ilmu. Di antaranya adalah ilmu tentang makluk hidup; ia merupakan salah satu ilmuwan yang menaruh perhatian besar dalam lahan ini.

Ia membuat sebuah pasal dalam pembentukan makhluk hidup, ia berkata:

"Makhluk-makhluk hidup yang memiliki penciptaan sempurna dan bentuk yang besar memiliki lima panca indera, namun di awal penciptakaan baik laki-laki atau perempuan dibentuk dari tanah liat, sebagaimana penyatuan kekuatan ada di dalamnya sehingga dapat menerima pelajaran, mengetahui hal-hal yang bermanfaat dan yang membahayakan, makanan dan minumannya, dan seluruh kebutuhannya, perkembang biakannya, dan keturunannya. Dan dijadikan memiliki tabiat menyayangi anak-anaknya dan mengetahui yang laki-laki maupun yang perempuan. Hal ini berdasarkan perhatian Rabbani dan hikmah Ilahiyyah."

Kemudian ia berbicara tentang keutamaan antara makhluk hidup, ia berkata:

“Makhluk hidup memiliki keutamaan bertingkat-tingkat, ada yang sekedar ada di dunia layaknya sebagai anak Adan, dan ada yang menjadi para pemimpin untuk setiap jenisnya, semuanya adalah uamt-umat yang berbeda-beda dan memiliki bahasa yang beragam”.

Lalu ia mengatakan:

“Sesungguhnya penciptaan makluk hidup aturannya telah dijaga, bagian-bagiannya tepat, penyatuannya kokoh, penyusunannya benar, setiap jenis diletakkan pada tempat yang cocok, bersatu dengan setiap orang sesuai dengan kekuatan jiwa kehidupannya”.


KESAKSIAN PARA ILMUWAN BARAT

Sarton mengatakan: “Sesungguhnya Abu Al-Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majrity meraih ketenaran yang besar melalui pemeriksaan tabel pergerakan bintang milik Al-Khawarizmi, dan tambahan-tambahannya, mengkonversi penanggalan Persia menjadi penanggalan Hiriah, ia meletakkan poros bintang-bintang untuk awal penanggalan Hijriah dan ia tambah tabel-tabel baru”.

David Eugene Smith mengatakan: “Sesungguhnya Abu Al-Qasim Maslamah bin Ahmad Al-Majrity yang wafat pada tahun 398 H / 1007 M adalah orang yang sangat menyukai angka-angka, ia terkenal dalam keunggulannya di antara ilmuwan Arab dan Muslim di Andalus dengan Ilmu Falak dan Engginer”.


MURID-MURID AL-MAJRITY

Biografi beliau sangat banyak di temukan di kitab-kitab biografi. Namun, dari sekian murid-murid beliau, saya hanya menemukan satu biografi saja, ia adalah:

Ibnu Khaldun (Andalusia)
( ... – 449 H bertepatan dengan ... – 1057 M )

Namanya adalah Umar bin Ahmad (atau Muhammad) bin Taqiy bin Abdillah, Abu Muslim, Ibnu Khaldun Al-Hadramy. Seorang inysinyur, tabib, dan ahli hikmah Andalusia, salah satu pemuka Isybiliya. Lahir dan wafat di sana. Menjadi murid Muaslamah Al-Majrity, terkemuka dalam ilmu-ilmu filsafat, meniru gaya hidup para filosof.

Beliau bukan Abdurrahman bin Khaldun yang ahli sejarah.

Dalam footnote disebutkan untuk melihat biografinya bisa merujuk juga: Akhbar Al-Hukama hlm. 162, Thabaqat Al-Athibba’ 2/41.


Catatan:
Dalam biografi beliau, nampaknya beliau bukan berasal dari Majrit, sekalipun memang murid dari Ilmuwan Majrit, mukin mereka berdua bertemu di Cordoba. Wallahu a’lam.

KESIMPULAN:

Al-Majrity dengan kontribusinya dalam ilmu kimia menjadikannya sebagai ilmuwan besar yang menggeluti bidang ini, terutama usahanya dalam membersihkan kimia dari hal-hal yang mistis, dan eksperimen-eksperimen dasarnya menjadi sandaran siapapun setelahnya, baik dari kalangan muslim maupun dari kalangan orang-orang Eropa.

Referensi:

Ibn Khaldun, Tarikh Ibn Khaldun.
Az-Zirikly, Al-A’lam.
Al-Qufthy, Ikhbar Al-Ulama bi Akhbar Al-Hukama.
Dr. Shabri Ad-Damardasy, Quthuf min Siyar Al-Ulama’.
Dr. Rihab Khudhr ‘Akkawy, Mausu’ah ‘Abaqirah Al-Islam.
Dr. Ali Abdullah Al-Difa’, Al-Ulum Al-Bahtah fi Al-Hadharah Al-Arabiyah wa Al-Islamiyah.

Materi pembahasan ini banyak mengambil faidah dari makalah yang ditulis oleh Dr. Raghib As-Sirjani yang terdapat dalam website resminya www.islamstory.com

Penulis telah berusaha menyesuaikan berbagai istilah kimia dalam Bahasa Arab dengan Bahasa Latin.

Gambar di awal artikel adalah gambar alat-alat percobaan Kimiawi dari abad pertengahan yang berakar kuat dari peradaban Islam.

Sumber gambar: Freepik.com, dll

Ditulis oleh:
Fida' Abu Sa'ad*

*Seorang mahasiswa LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), Jakarta. Cabang Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, KSA. Fakultas Syariah, Semester II.

0 comments so far,add yours