Print Friendly and PDF
Menjaga kesehatan dan kesejahteraan manusia merupakan salah satu kunci kemajuan peradaban umat manusia. Karenanya berbagai peradaban telah berkontribusi dalam pengembangan perawatan kesehatan dan pengobatan, semenjak lebih dari seribu tahun yang lalu. Dan tentu saja, peradaban Islam memiliki peran penting dalam hal ini.



Rasulullah bersabda :
Dua nikmat yang kebanyakan orang lalai dengannya, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu luang.

(HR. Bukhari : 6412)


POLA HIDUP SEHAT ADALAH DASAR DALAM MENJAGA KESEHATAN

Kalau kita merenungkan saran medis tentang pola hidup sehat, dimulai dari memilih nutrisi yang baik, rajin olahraga dan menghilangkan stress, ternyata saran tersebut bukan hanya berasal dari aturan kedokteran modern. Buktinya, jika kita telaah karya-karya para ilmuwan kedokteran Muslim pada abad pertengahan, mereka sudah menjelaskannya dengan detil dan terperinci.


Konsep Hidup Sehat

Selama Golden Age of Muslim Civilization, masa keemasan peradaban Islam, rumah sakit dibangun di berbagai kota. Perawatan mutakhir seperti operasi katarak, vaksinasi reguler, jahitan internal, penyusunan tulang, dan pendidikan kedokteran adalah bagian dari praktik standar. Termasuk di dalamnya kesadaran akan pentingnya nutrisi dan olahraga dalam merawat tubuh dan melestarikan kesehatan.

Ibnu Sina pada abad ke-11 menegaskan dalam bukunya, Al-Qanun:

Medicine is a science, from which one learns the states of the human body … in order to preserve good health when it exists, and restore it when it is lacking...

Pengobatan adalah sebuah ilmu pengetahun, mulai dari seseorang mempelajari sebuah negara pada tubuh manusia.. sampai pada cara menjaga kesehatan yang baik, dan mengembalikannya (kesehatan) pada saat berkurang..

Banyak ilmuwan kedokteran yang menyadari efek buruk dari kebiasaan pola makan yang tidak sehat, mereka juga mengakui pentingnya olahraga, mandi, diet yang tepat dan manajemen tidur, semua itu berguna untuk memelihara konsep kesehatan yang baik. Dimana pada saat ini banyak orang yang mengeluhkan dan kebingungan dengan masalah obesitas dan diabetes.



Untuk itu, mari kita jelajahi beberapa karya ilmuwan di era keemasan peradaban Islam yang menjelaskan hubungan antara obesitas dan kurangnya kepedulian terhadap pola hidup sehat.


BEBERAPA KARYA ILMUWAN YANG MEMBAHAS POLA HIDUP SEHAT DAN MASALAH OBESITAS ATAU BERAT BADAN BERLEBIHAN

1. Buku “The Canon of Medicine” oleh Ibnu Sina, abad ke-11

Syaikh Ar-Rais Syaraf Al-Mulk Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali Ibnu Sina, yang dikenal dalam versi Latin dengan Avicenna. Seorang yang terkenal dengan karyanya di bidang filsafat dan kedokteran. Dalam kedokteran, salah satu bukunya yang lebih dikenal adalah dalam bentuk ensiklopedia, Al-Qanun fi At-Thibb (The Canon of Medicine) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin menjelang akhir abad ke-12 dan menjadi sumber referensi dalam mata pelajaran medis di universitas di Eropa sampai pada akhir abad ke-17.
Cover Kitab Al-Canon yang sudah diterjemahkan

Ibnu Sina mencurahkan bagian dari jilid ketiga dari Al-Canon dengan “Kekurangan Obesitas yang berlebihan”, ia mencantumkan obesitas atau kegemukan dalam daftar penyakit dan menyarankan untuk mengatasinya dengan olahraga keras dan makanan yang tidak berlemak.

2. Buku “Diet Therapy” oleh Ar-Razi, abad ke-10

Muhammad bin Zakaria Ar-Razi (Rhazes, 841-926), dalam bukunya yang berjudul Al-Hawi Fit Thibb (sebuah ensikopedia dalam kedokteran), dinilai kritis dalam mengungkap segala pengetahuan tentang obesitas saat ini. Mengingat pengalaman dan praktiknya sendiri, ia membahas pendapat ilmuwan yang terdahulu terutama yang terkait dengan penanganan obesitas atau berat badan berlebihan. Ar-Razi mendokumentasikan diskusi tersebut dengan laporan kasus klinis pasien dengan kelebihan berat badan yang sukses diobati.
Ia menjelaskan secara rinci perawatan yang ia gunakan. Mencakup diet, obat-obatan, latihan, pemijatan, hidroterapi dan perubahan gaya hidup.
Selain itu, dia mengarang sebuah buku spesial dengan judul “Kitab Manafi’ Al-Aghdiyah wa Daf’I Madharriha” tentang cara menyingkirkan efek samping nutrisi dan membuatnya lebih jelas dan komprehensif daripada para pendahulunya.

3. Buku “Selections in Medicine” oleh Ibnu Hubal, abad ke-12

Ibnu Hubal Al-Baghdadi (1121-1213) adalah seorang tabib dan ilmuwan Arab yang lebih dikenal karena ringkasan medisnya yang disebut dengan Kitab Al-Mukhtarat fi At-Thibb (The Book of Selections in Medicine), ia menulisnya pada tahun 1165 di Mosul, Iraq.
Dia melaporkan dalam karyanya bahwa kecenderungan “orang-orang yang gemuk tidak wajar” untuk jatuh sakit lebih cepat.
Dalam manajemen mereka, dengan latihan yang keras saat perut kosong, ia menekankan pentingnya meningkatkan jadwal secara berangsur-angsur, karena orang yang terlalu gemuk dapat saja membahayakan dirinya jika dia memulai dengan tiba-tiba pada aktivitas yang berat.

4. Buku “Art of Medicine” oleh Ibnu Nafis, abad ke-13

Ibnu Nafis adalah seorang tabib pada abad ke-13 yang memiliki nama Alauddin Abu Al-Hasan Ali bin Abi Hazm Al-Qarshi, terlahir di Al-Qarsh di dekat Damaskus. Dia mempelajari medis di Damaskus di bawah pengawasan profesor terkemuka Muhadzabuddin Ad-Dakhwar di sekolah kedokteran rumah sakit An-Nuri.
Ia menulis sejumlah karya termasuk kitabnya yang sangat terkenal, yaitu Kitab As-Syamil fi As-Shina’ah At-Thibiyah (Buku Komprehensif dalam Seni Pengobatan). Dalam salah satu karyanya yang lain Al-Mujiz fi At-Thibb (The Concise Book of Medicine), ia melaporkan tetang hubungan antara obesitas yang berlebihan dan kecelakaan kardiovaskular atau urat-urat darah dan kecelakaan serebrovaskular, dan dengan gangguan pernafasan dan kekacauan kelenjar endoktrin.

“Excessive obesity is a constraint on the human being limiting his freedom of actions and constricting his vital pneuma (vitality), which may become disordered or even vanish as air may not be able to reach it, because they frequently suffer from dyspnoea or palpitation. 
Also, the excessively obese person may run the risk of a fatal vessel rupture causing bleeding into a body cavity, the brain or the heart, which will lead to their sudden death.”


"Obesitas yang berlebihan adalah sebuah masalah bagi manusia yang dapat membatasi kebebasannya untuk melakukan aktivitas dan menyempitkan vitalitasnya, yang mungkin menyebabkan tidak teratur atau bahkan meninggal karena tidak dapat bernafas, karena mereka sering menderita dispanea atau palpitasi.

Selain itu, orang yang terlalu gemuk dapat beresiko mengalami pecahnya pembuluh darah fatal yang menyebabkan pendarahan dalam rongga tubuh, otak atau jantung. Dan hal itu dapat menyebabkan kematian mendadak."
Poster Jangan Terlelu Banyak Makan


5. Buku “Makanan dan Minuman bagi Kesehatan Manusia” oleh Samarqandi, abad ke-13 

https://www.bookdepository.com/Nahrungsmittel-der-arabischen-Medizin-Juliane-M%C3%BCller/9789004345089

Najibuddin Abu Hamid Muhammad bin Ali bin Umar Samarqandi adalah seorang dokter Persia pada abad ke-13 yang berasal dari Samarkand. Dia adalah seorang penulis dalam kedokteran dan ahli medis yang produktif.
Bukunya yang paling terkenal adalah “The Book of Causes and Symptoms”, sebuah panduan komprehensif tentang terapi dan patologi. Risalah tersebut banyak dibaca dan sering diberi komentar.
Dalam karyanya, “The Book of Food and Drink for the Healthy People” ia mendefinisikan makanan bergizi yang tepat, seperti makanan yang mampu menggantikan unsur penyusun bagian tubuh yang hilang.


PENGAKUAN ILMUWAN BARAT ATAS PRESTASI ILMUWAN MUSLIM DI BIDANG PENGOBATAN DAN KEDOKTERAN

Campbell memerankan sejumlah prestasi yang dicapai oleh para ilmuwan Arab:

“The Arabians raised the dignity of the medical profession from that of menial calling to the rank of one of the learned professions; they were the first to introduce systematically arranged illustrations in their medical writings.And also gave us their system of numbering which has all but replaced the cumbersome Roman numerals. 
They also developed the science of chemistry as applied to medicine, and considerably improved the art of dispensing by the introduction of such elegant preparations as rose and orange water.
To the Arabians we owe the introduction of the idea of the legal control of qualifying examinations for admission to the medical profession, and though the idea of establishing hospitals did not originate with them, they were responsible for the establishment of a large number of these institutions..."
 
"Orang-orang Arab mengangkat kedudukan profesi medis dari pekerja kasa ke pangkat salah satu profesi yang terpelajar. Mereka adalah orang pertama yang memperkenalkan ilustrasi dengan susunan sistematis ke dalam catatan medis mereka.
Mereka juga memberikan kepada kita sistem penomoran, yang telah menggantikan rumitnya angka Romawi.
Mereka juga mengembangkan ilmu kimia yang diterapkan pada pengobatan, dan memperbaiki seni pembagian dengan memperkenalkan persiapan dengan air mawar dan air jeruk.
Bagi orang Arab, kita berhutang karena memperkenalkan gagasan tentang kontrol hukum terhadap ujian kualifikasi dalam memasuki profesi medis. Dan sekalipun gagasan mendirikan rumah sakit tidak dimulai dari mereka, namun mereka mengambil tanggung jawab atas didirikannya sejumlah besar institusi tersebut…”

Arabian Medicine and its Influence on the Middle Ages, Volume 1, oleh Donald Campbell, Routledge, 2013 

Durant membuat ringkasan bagus tentang prestasi Kedokteran Islam lainnya, ia mengatakan:


The Moslems [Muslims] established the first apothecary shops and dispensaries, founded the first medieval school of pharmacy, and wrote great treatises on pharmacology.
Moslem physicians were enthusiastic advocates of the bath, especially in fevers and in the form of the steam bath. Their directions for the treatment of smallpox and measles could scarcely be bettered today. Anesthesia by inhalation was practiced in some surgical operations; hashish and other drugs were used to induce deep sleep. 


We know of thirty-four hospitals established in Islam in this period, apparently on the model of the Persian academy and hospital at Jund-i-Shapur; in Baghdad the earliest known to us was set up under Harun al-Rashid, and five others were opened there in the tenth century; in 918 we hear of a director of hospitals in Baghdad. 
The most famous hospital in Islam was the bimaristan founded in Damascus in 706; in 978 it had a staff of twenty-four physicians. Medical instruction was given chiefly at the hospitals. No man could legally practice medicine without passing an examination and receiving a state diploma..."

"Kaum Muslimin mendirikan toko obat-obatan dan rumah obat (apotik), mendirikan sekolah farmasi abad pertengahan awal, dan menulis karya besar tentang farmakologi.
Dokter Muslim sangat antusias menganjurkan mandi, terutama ketika demam dan dalam pemandian sistem uap. Petunjuk mereka dalam pengobatan cacar dan campak hampir tidak ada perbaikan hingga hari ini. Pembiusan dengan metode inhalasi masih dipraktikkan di berbagai operasi bedah, hasyish dan obat bius lain digunakan untuk menghasilkan tidur yang dalam.
Kita mengetahui ada 34 rumah sakit didirikan pada masa itu, rupanya dalam model akademi dan rumah sakit di Jundisapur (Baghdad) adalah yang diketahui paling awal, dibangun oleh Harun Ar-Rasyid, dan lima lainnya dibuka di sana pada abad ke-10, pada tahun 918 kita mendengar sudah ada direktur rumah sakit di Baghdad.
Rumah sakit yang paling terkenal dalam Islam adalah bimaristan yang ditemukan di Damaskus pada tahun 706, dan pada tahun 978 memiliki 24 dokter. Pedoman medis sudah ada, terutama di rumah sakit. Tidak ada orang yang bisa melakukan praktik kedokteran secara legal tanpa lulus ujian dan mendapatkan diploma negara…”

The Age of Faith: The Story of Civilization, oleh Will Durant, Simon dan Schuster, 2011

Diterjemahkan dengan beberapa penyesuaian dan tambahan dari artikel yang berjudul “Medical Books on Healthy Living from Muslim Civilisation”, ditulis oleh Cem Nizamoglu dan diterbitkan oleh website www.muslimheritage.com. Link:



0 comments so far,add yours