Print Friendly and PDF
Gambar: Peninggalan Kerajaan Islam Fraxinet di La Garde-Freinet, Prancis


Dahulu seluruh Laut Mediterania murni dikuasai oleh para pelaut Islam sejak penaklukan Ifriqiyyah (Tunisia, Tripoli, dan Konstantin) dan Andalusia (Daratan Iberia; Spanyol dan Portugal). Para pelaut Muslim Andalusia, Maghrib, dan Turki sangat ditakuti di seantero Eropa. Saat itu Eropa tidak memiliki pilihan selain gencatan senjata dan membayar upeti tahunan kepada para penguasa lautan dari umat Islam agar mereka tidak menyerang pelabuhan-pelabuhan Eropa.


Gambar: Peta Laut Mediterania, Laut yang terletak di antara Benua Eropa dan Afrika

ASAL MUASAL KERAJAAN ISLAM FRAXINETUM

Ada begitu banyak buku Sejarah yang menggambarkan kedahsyatan serangan para pelaut Islam yang melambangkan keberanian dan kegagahan mereka. Akan tetapi serangan yang paling unik, aneh, dan dahsyat adalah serangan dari Negeri bernama ‘Daulah al-Qilal’ atau “Emirat Fraxinetum” yang dibangun oleh 20 pelaut Andalusia dan Maghrib yang bertempat di tengah-tengah Eropa. Kerajaan ini berdiri selama puluhan tahun tanpa ada seorang pun Raja Eropa yang berhasil menaklukkannya.

Negara ini berbasis di Perancis, tepatnya di Gunung Qilal berdasarkan teks-teks berbahasa Arab. Mahmud Syakir pengarang kitab “at-Tarikh al-Islamy” berkata, “(Ialah) Negara yang didirikan oleh orang-orang Islam di Marseille Utara. Negara ini membentang dari pesisir pantai Laut Mediterania di Selatan, sampai ke Swiss di Utara. Negara ini mencakup Italia Utara, Perancis Tenggara, dan beberapa bagian Swiss. Negara ini berdiri dari tahun 277 H./890 M. sampai 365 H./975 M.”

Teks-teks Sejarah Barat mencatat bahwa mereka adalah para pelaut yang berasal dari Andalusia. Orang-orang Barat menyebut mereka sebagai ‘Bajak Laut’ yang sudah sering menyerang pesisir Perancis dan muara Sungai Rhone, salah satu sungai terbesar di Eropa yang membentang melalui Prancis dan Swiss.  Sebuah catatan sejarah kuno yang berasal dari abad ke-9 M. yang berjudul “Annales Bertiniani/Annals of Saint Bertin” mencatat serangan-serangan dahsyat kaum Muslimin Andalusia di Perancis pada tahun 842, 850, dan 869 M.



Kemudian pada tahun 278 H./891 M., sebagaimana disebutkan oleh Evariste Levi-Provencal, pakar Sejarah Abad Pertengahan asal Perancis (1894-1956), bahwa orang-orang Andalusia yang berjumlah sekitar 20 orang tersebut berhasil mencapai teluk Saint Tropez di pesisir kawasan Provence, Perancis. Kemudian mereka membangun benteng pertahanan di Gunung Fraxinetum, atau yang sekarang dikenal dengan nama ‘La Garde Freinet’. Kemudian mereka pun melaui menaklukkan desa-desa di sekitar Frejus, kemudian masuk menyerang daerah Marseille dan menghancurkan Gereja Saint Victor yang terkenal. Kemudian mereka naik mengikuti jalur Sungai Rhone dan mulai menyerang dua kawasan, Valentin (Swiss) dan Vienne (Perancis).

Seluruh serangan mereka ini tampak begitu bergairah. Sebab tidak berselang waktu lama, kawasan Provence seluruhnya pun jatuh ke tangan kaum Muslimin. 

Gambar: Wilayah sekitar Fraxinetum yang kini dikenal dengan nama Massif des Maures (Dataran Tinggi kaum Moor/Arab) 

NEGARA ISLAM FRAXINETUM / DAULAH ISLAMIYAH GUNUNG AL-QILAL

Para sejarahwan Eropa mencatat bahwa 20 orang yang pertama menguasai daerah tersebut, ketika mereka melihat banyaknya harta rampasan perang yang mereka dapat di sana, mereka pun mengirim harta ini ke Andalusia. Maka penguasa Andalusia pun membalas mereka dengan mengirim 100 orang ke Fraxinet. Maka tancapan kaki mereka di sana semakin kuat. Mereka menguasai penjuru-penjurunya hingga mampu menarik upeti dari para penduduknya.

Al-Amir Syakib Arsalan menuliskan:
“Para bajak laut muslim tadi tidaklah menapakkan kaki mereka di sana sampai mereka mengirim surat ke Spanyol dan Tunisia, meminta saudara-saudara mereka sesama muslim untuk bergabung bersama mereka di sana. Mereka pun memulai membangun wilayah yang mereka kuasai tersebut. Tidak berselang beberapa tahun, melainkan kawasan tersebut telah penuh dengan benteng-benteng. Dan benteng yang paling penting saat itu bernama Fraxinetum, yang diambil dari nama pohon ad-Dirdar yang begitu banyak di kawasan tersebut.”

“Dan diduga kuat, Fraxinetum ini adalah kawasan yang sekarang disebut dengan Garde Frainet, yang terletak di kaki gunung menuju arah pegunungan Alpen. Dan yang tidak dapat diperdebatkan lagi adalah: pusat kawasan ini memiliki peran yang amat penting. Karena ia adalah satu-satunya jalan dari teluk menuju daerah Utara. Dan sampai sekarang orang-orang masih bisa menemukan di puncak Gunung ini sisa-sisa bangunan yang sudah rusak: ada tembok-tembok yang roboh, bangunan-bangunan yang dipahat di atas batu, juga sumur yang terpahat di atas batu.”

Ketakutan yang ditebar oleh para Bajak Laut Muslim tadi telah sampai pada para penguasa daerah tersebut, sampai-sampai mereka membayar upeti demi melindungi kawasan mereka dari serangan orang-orang Islam tadi. Sebagian penguasa lainnya bahkan malah meminta bantuan orang-orang Islam untuk menyerang penguasa Eropa lainnya. Sampai-sampai disebutkan dalam riwayat bahwa begitu beraninya para pasukan Muslim ini, sampai-sampai satu orang dari mereka tidak takut untuk berperang melawan 1000 orang Nasrani sekalipun, dikarenakan ketakutan yang telah mewabah di hati para Nasrani.

Amir Syakib Arsalan juga menyebutkan di antara bukti betapa kuatnya para pasukan Muslim Fraxinet adalah:
“ditemukan di makam Santo Madalena di kawasan Fizlae di Borgonia, sebuah tulisan yang menyatakan bahwa jasad dari Santo Madalena telah dipindah dari kota Eks di Provence (yang dikuasai oleh orang-orang Muslim) ke Fizlae, karena takut dari orang-orang Arab.”

Di tahun 298 H./911 M., Kepala Uskup Agung kawasan Narbonne (Perancis) ingin berpergian menuju kota Roma (Italia) untuk perkara penting yang mendesak. Akan tetapi dia tidak bisa pergi karena takut kepada para penguasa muslim Fraxinet, sebab mereka tidak akan membiarkan seorang pun lewat kecuali dengan membayar upah tertentu.

Di abad ke-10 Masehi, kekuatan mereka sampai ke kaki-kaki pegunungan Alpen, mereka kuasai penjuru-penjuru pegunungan ini, serta jalur-jalur tempat para jama’ah Haji (Pilgrimage) Nasrani pergi menuju Roma. Orang-orang muslim ini tadi menghalangi para Haji Nasrani tadi yang berdatangan dari Inggris, Perancis, dan Jerman menuju Roma.

Orang-orang Muslim juga banyak menyerang 2 kawasan; Embrundan, dan Graisivan. Bahkan mereka mampu merambah ke lembah-lembah Italia tanpa ada yang mampu mencegah. Di mana mereka berhasil menghancurkan Biara di daerah Oulx (di Torino/Turin, Italia), kemudian masuk merambah ke Piemonte, sampai ke kawasan Acqui Terme dan Asti (yang sekarang masuk di provinsi Piemonte). Lalu pada tahun 319 H./931 M. diutuslah pasukan yang disokong Armada laut Bizantium Roma untuk menumpas orang-orang Islam tadi, namun serangan mereka ini tidaklah membawa hasil apa-apa.

DI JANTUNG SWISS

Pada tahun 321 H./933 M. mereka telah memiliki pengaruh yang besar dan berbahaya bagi bangsa Eropa. Mereka berhasil membuat pasukan militer yang menyerang kota-kota Eropa yang ada di sekitar kawasan mereka. Dan markas utama mereka sebagai tempat perlindungan adalah Fraxinetum.

Pada tahun 327 H./939 M. para pasukan Muslim berhasil merambah ke St. Gallen di Swiss. Mereka jarrah Gereja St. Gallen. Dan peristiwa ini tercatat sebagai pertama kalinya orang-orang Islam mencapai kawasan Swiss dan berhasil menaklukkan salah satu kotanya. St. Gallen adalah salah satu jalur transportasi terbaik menuju Jerman dan Austria. Ia juga gerbang menuju pegunungan Alpen utara.

Gambar: Katedral St. Gallen, Swiss yang pernah mereka duduki

Beberapa referensi meriwayatkan bahwa ketika orang-orang Islam memasuki Swiss, dan saat itu Swiss bagian dari Kerajaan Burgundy, Ibu Raja Conrad I (937-993 M.) kabur menuju Menara di kawasan Neuchatel, Swiss.

Orang-orang Muslim pun memanfaatkan kekuasaan mereka di sepanjang jalur lintasan Pegunungan Alpen untuk menguasai daerah-daerah yang ada di sekitar rantaian pegunungan. Maka mereka pun banyak melakukan serangan ke Perancis, Italia, dan Swiss. Bahkan mereka berhasil sampai ke Jerman Selatan. Mereka sampai ke Danau Constance (Bodensee) yang terkenal di Jerman Selatan. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa mereka juga sampai ke lembah Rhine yang berada di dekat Danau Constance, sampai-sampai seorang Sejarahwan bernama Ekkehard IV (980-1056 M.), seorang Biarawan dari Biara Saint Gall, kota St. Gallen Swiss, berkata bahwa orang-orang Islam tersebut benar-benar menguasai bagian dalam Eropa Selatan.

Gambar: Peta Danau Constance terletak antara 3 Negara.

PENINGGALAN-PENINGGALAN ISLAMI YANG PENTING

Orang-orang Muslim Fraxinet ini telah meninggalkan jejak-jejak sejarah yang menunjukkan potensi kekuasaan serta keahlian arsitektur mereka yang tidak mudah dimiliki siapa pun di masa itu. Bahkan jejak-jejak bangunan mereka ini membuat orang-orang Eropa takjub atas keahlian mereka dalam membuat bangunan, membangun menara, benteng, serta sistem penguncian bangunan-bangunan mereka. Mereka telah meninggalkan jejak-jejak bangunan yang indah dan membuat orang terkagum-kagum. Hingga saat ini, di Italia dan Swiss Barat, masih banyak tembok-tembok yang dibangun menggunakan batu-batu yang berasal dari bangunan kaum Muslim Fraxinet. Di setiap bangunan yang mereka tinggalkan, tampak dengan jelas bahwa mereka adalah para arsitek. Bangunan-bangunan itu memiliki daya tarik yang dapat membuat orang yang mengamatinya akan terheran-heran. Dengan peninggalan mereka ini, membekaslah memori yang amat agung tentang mereka..

Sebagian sisa-sisa bangunan mereka masih tetap kokoh hingga hari ini, ada yang berupa rumah-rumah yang terpahat di pegunungan, juga sumur-sumur yang terpahat di bebatuan. Belum lagi termasuk peninggalan mereka berupa pernikahan mereka dengan putri-putri penduduk negara itu, teknik pertanian yang mereka tinggalkan, serta manifestasi lain mereka seputar teknik bertahan hidup dan tinggal.

Gambar: Puing-puing sisa pemukiman dan Benteng kaum Muslim di La Garde-Freinet, gambar tampak atas bisa dilihat pada gambar di awal artikel (sumber: https://www.seesainttropez.com)
Gambar: Reruntuhan Benteng umat Islam di La Garde-Freinet (https://la-garde-freinet-tourisme.fr)

SEJARAH INI BANYAK TERCATAT DALAM LITERATUR EROPA, NAMUN BEGITU SEDIKIT TERCATAT DALAM LITERATUR ARAB ISLAM

Referensi Sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa seputar Kerajaan Fraxinetum ini kebanyakan berasal dari catatan para Sejarahwan Eropa di Abad pertengahan. Justru catatan para Sejarahwan Muslim Arab tidak ada yang menyebutkannya kecuali apa yang disebutkan oleh Al-Ishtharkhi dalam kitab “Al-Masalik wa al-Mamalik”

“Adapun Gunung al-Qilal (Fraxinet). Lalu ada sekumpulan orang-orang Muslim yang menempatinya. Mereka pun mendirikan bangunan-bangunan di sana. Lalu mereka pun berhadapan dengan bangsa Franka (Ifranjah). Akan tetapi orang-orang Islam tadi tidak bisa dikalahkan, hal ini dikarenakan Gunung al-Qilal yang mereka tempati mampu menghalangi bangsa Franka. Tinggi Gunung ini berjarak 2 hari perjalanan.”

AKHIR DARI KERAJAAN ISLAM FRAXINETUM

Para Sejarahwan mencatat bahwa ada usaha-usaha serius untuk mengusir orang-orang Arab dari kawasan pegunungan Alpen dengan cara apapun dikarenakan bahaya mereka yang terus bertambah. Di antaranya usaha pertukaran utusan (jalur diplomasi) antara Kaisar Romawi Suci, Otto I (912-973) dan Khalifah Umayyah di Andalusia, Abdur-Rahman III an-Nashir (w. 961) untuk menghentikan usaha-usaha para Mujahidin Fraxinetum untuk menaklukkan Perancis Selatan dan Italia Barat. Namun jalur diplomasi ini gagal untuk mencapai tujuannya. 

Hal ini dikarenakan Abdur-Rahman an-Nashir dengan tegas menyatakan kepada para utusan Otto I bahwa para pelaut Muslim Fraxinet tersebut tidak memiliki hubungan apapun dengan Khilafah Umayyah di Andalusia, dan wilayah mereka tidak termasuk dari wilayah Umayyah. Dan mereka itu tidak melakukan sesuatu apapun dengan izin Khilafah Umayyah atau perintah darinya. Nah, pernyataan Abdur-Rahman III ini membuat para Sejarahwan Nasrani tidak merasa tenang di masa itu, sebab mereka saat itu menyangka ada hubungan rahasia antara Abdur-Rahman III dan para pelaut Fraxinetum.

Kemenangan beruntun yang diraih oleh Muslim Fraxinetum menyebabkan kaum Nasrani Eropa marah. Mereka pun mengutus pasukan besar dibawah pimpinan Hugues (w. 947) Raja Italia, dan Romanos I (870-948) Kaisar Romawi Bizantium. Akan tetapi serangan pasukan besar ini tidak mampu mengusir umat Islam dari Fraxinetum. Kemudian Kaisar Romawi Suci, Otto I, penguasa Jerman saat itu, beserta restu Paus Yohana XII, mengajak kaum Nasrani untuk menyerang umat Islam yang bertahan di Benteng Fraxinetum pada tahun 362 H./972 H.

Namun usaha-usaha ini tidak juga berhasil mengusir umat Islam dari Fraxinetum, walaupun berhasil memperlemah kekuatan mereka, hingga akhirnya membukakan pintu keruntuhan Kerajaan Islam Fraxinetum di tangan kaum Nasrani Provence (Perancis), di bawah pimpinan William I (950-993), pimpinan wilayah Provence (Perancis). William I pun diberi gelar ‘the Liberator’ (Sang Pembebas) karena berhasil mengusir umat Islam dari tengah-tengah Eropa. (https://en.wikipedia.org/wiki/William_I_of_Provence)

Dr. Hasan Mu’nis menyebutkan dalam bukunya “Tarikh al-Muslimin fi al-Bahri al-Mutawassith” : “…inilah kisah para petualang Andalusia yang telah melakukan usaha paling berani yang pernah dilakukan umat Islam di pesisir Barat Daya Eropa sepanjang Sejarah. Dan telah saya bahas dengan panjang lebar dikarenakan kisah mereka ini menunjukkan kekuatan para pelaut (Muslim saat itu), dan potensi yang mereka punya dalam menyerang Eropa Nasrani.”

Gambar: Peta Kronologi Invasi Kerajaan Islam Fraxinetum

Ditulis oleh:
Muhammad Tsarut Abul-Fadhl

Artikel asli berbahasa Arab pada link berikut ini: 
http://www.alukah.net/culture/0/88708/

Translasi dan Edit oleh:
Ahmad Ubaidillah* 


* Mahasiswa Jurusan Syari'ah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab di Jakarta cabang Universitas Al-Imam Muhammad bin Saud Riyadh Kerajaan Arab Saudi


NB: Artikel ini masih bersambung dengan Artikel selanjutnya tentang Kerajaan Fraxinetum Islam dengan lebih detail dan rinci in sya Allah

0 comments so far,add yours