Print Friendly and PDF


Selama Masa Keemasan Islam, di dataran Andalus, kota Malaga, terlahir seorang ilmuwan besar yang menguasai bidang Botani, yaitu ilmu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan; Botani juga Farmakologi.
Saat itu dunia menyaksikan kontribusi ilmiah oleh Ibn Al-Baytar (1197-1248).

Beliau bernama Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Ad-Din bin Al-Baytar Al-Malaki. Beliau terlahir di Malaga tahun 1193 M atau bertepatan dengan 589 H dan meninggal di Damaskus tahun 1248 atau 646 H pada usia 55 tahun. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Baithar atau Ibnu Baytar.


Ilmu Tumbuhan dalam Bahasa Inggris disebut Botany, yaitu ilmu tentang kehidupan tanaman. Ilmu Tumbuhan tergolong cabang dari bidang Ilmu Biologi dan terkadang disebut dengan Biologi Tumbuhan (Plant Biology). Ilmu Tumbuhan mencakup pengetahuan seputar pertumbuhan, perkembang biakan, perubahan bentuk (morphogenesis), ilmu penyakit tumbuhan (phytopathology), ekologi.

Bagaimana Proses Belajar Mengenal Tumbuhan?

Minatnya pada tumbuh-tumbuhan sudah tertanam semenjak kecil. Ia memulai belajar banyak mengenai ilmu botani di Spanyol kepada Abu al-Abbas Ibn Rumiyyah an-Nabati dan Abdullah bin Shalih al-Katami yang pada masa itu merupakan ahli botani terkemuka.

Setelah belajar pada an-Nabati, ia menguasai tiga bahasa sekaligus, Spanyol, Yunani, dan Suriah. Berbekal kemampuan berbahasa inilah, ia mengadakan perjalanan ke beberapa negara untuk mengembangkan ilmu yang ia minat, botani. Dari sinilah, al-Baytar pun lantas banyak berkelana untuk mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.

Setelah mencapai usia 20 tahun, ia pindah ke Maroko. Lalu berkelana ke Marakisy, Aljazair, Tunisia sebagai peneliti ilmu tumbuhan. Kemudian meneruskan perjalanannya hingga ke Asia Kecil, melewati Syam, Hijaz, Gaza, Quds, Beirut, Mesir, Yunani hingga ujung Romawi. Lalu menetap di Damaskus, di sana ia fokus pada penelitiannya tentang tumbuhan.

Pada tahun 1219 dia meninggalkan Spanyol untuk melakukan sebuah ekspedisi mencari ragam tumbuhan. Ditemani beberapa pembantunya, al-Baytar menyusuri sepanjang pantai utara Afrika dan Asia Timur Jauh. Sejumlah wilayah utama yang pernah disinggahi antara lain Konstantinopel, Tunisia, Tripoli, Barqa dan Adalia.

Kemudian pada tahun 1224 al-Baytar bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan dipercaya menjadi kepala ahli tanaman obat. Dan pada tahun 1227, sang gubernur melebarkan sayap kekuasaannya hingga Damaskus sementara al-Baytar selalu menyertainya di setiap perjalanan. Ibn Al-Baytar benar-benar memanfaatkan perjalanan itu untuk mengumpulkan berbagai tumbuhan. Ketika tinggal beberapa tahun di Suriah, Ibn Al-Baytar berkesempatan mengadakan penelitian tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Saudi Arabia dan Palestina, di mana dia sanggup mengumpulkan tanaman dari sejumlah lokasi di sana.

Dalam kontribusi utama untuk dunia ilmiah, ia terlibat dalam mendokumentasikan penemuan yang dibuat oleh berbagai dokter Muslim secara sistematis. Sehingga terdapat sekitar 400 jenis obat tambahan yang tergabung pada 1.000 jenis obat yang sudah dikenal sejak jaman dahulu.

Siapa Saja Guru Ibn Baytar?

1. Abu Abbas Ibn Rumiyyah An-Nabaty. 
Beliau menulis karangan Ar-Rihlah yang menjadi referensi selama beberapa abad. Beliau menemani Ibn Baytar ke pinggiran kota untuk mempelajari berbagai jenis tumbuhan, beliau adalah guru yang baik, sehingga muridnya pun tidak kalah hebat, bahkan ketenaran namanya mengungguli sang guru.

2. Ibnu Hajjaj Al-Isybily. 
Beliau pandai dalam bertani, merawat tumbuhan maupun binatang, serta mengobati berbagai penyakit yang menimpanya.

3. Abdullah bin Shalih Al-Katamy. 
Beliau adalah seorang tabib, dan guru obat-obatan.

Karya Ilmiah

Ibnu Al-Baytar meninggalkan karya-karya penting, yang dipuji setiap orang, dan juga bermakna.

Sebagian besar buku karya Ibnu al-Baytar berasal dari hasil penelitiannya selama beberapa tahun terhadap berbagai jenis tumbuhan. Di dalam buku tersebut beliau melengkapi dengan penjelasan dan komentar panjang. Di kemudian hari, karya-karya Ibnu al-Baytar menjadi buku rujukan ilmu botani yang sangat penting. Kontribusi tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ilmu botani dan kedokteran masa selanjutnya, baik di Eropa maupun Asia.

Berikut beberapa karya beliau:

1. Al-Jāmi' li Mufrādāt al-Adwiyyah wa al-Aghziyyah (Kumpulan Obat-Obatan dan Makanan Bergizi) yang beliau karang untuk Malik as-Shalih Ayyub dari Dinasti Ayyubiyyah.



Buku ini di Barat diterjemahkan dalam bahasa Latin menjadi The Complete [book] in Simple Medicaments and Nutritious Items, serta dipublikasikan tahun 1758.

Tentang buku ini, di dalamnya disebutkan 2.300 lebih jenis tumbuhan, dengan 150 catatan ahli botani hingga ke zamannya, kebanyakan berasal dari Arab, dan dikutip oleh lebih dari 20 ilmuwan Yunani, mulai dari Dioskorides, Galenus, Al-Ghafiqi, Abul-Qasim az-Zahrawi, hingga Ibnu Sina. Ada 200 tanaman yang tidak dikenal kegunaannya, diperkenalkan olehnya di situ. Di situ, dia menerangkan segala sesuatunya, dari akar, dahan. daun, bunga, hingga buahnya. Berikut metode pemberiannya kepada si sakit, dan dosis-dosisnya. Nama-nama tumbuhan itu termaktub dalam bahasa Latin, Persia, Arab di Andalusia, hingga bahasa Berber diluar bahasa Arab dan Yunani.

Di dalam buku ini ia juga memberikan wawasan besar dalam produksi kedua air jeruk dan air mawar. Dia memberi laporan lengkap dari proses ini yang melibatkan ekstraksi sirup dari bunga dan daun langka melalui penggunaan minyak dan lemak.

2. Al-Mughnī fi al-Adwiyyah al-Mufradah. Buku ini juga dikarang untuk orang yang sama, untuk penyembuhan penyakit yang bermacam ragam. 

Diterjemahkan di Eropa menjadi The Ultimate in Materia Medica, yakni ensiklopedia obat-obatan.

Disusun berdasarkan kegunaan, bukan berdasar pada abjad. Terdiri atas 20 bab, mengenai ramuan sakit kepala, telinga, mata, untuk kosmetik, ramuan demam, penangkal racun, dan obat sederhana.

Pada masalah pembedahan yang dibahas dalam kitab ini, Ibn Al-Baytar banyak dikutip sebagai ahli bedah Muslim ternama, Abul Qasim Zahrawi. Selain bahasa Arab, Ibn Al-Baytar pun kerap memberikan nama Latin dan Yunani kepada tumbuhan, serta memberikan transfer pengetahuan.

Ibnu Al-Baytar memasukkan pengetahuan yang luas tanaman yang digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan mata, telinga dan kepala dalam pengembangan Medicine Ensiklopedia Islam ini.

3. Tafsir Kitāb Diyasqūrīdis (Penjelasan Kitab Dioscorides), ialah kitab mengenai catatan terhadap temuan-temuan Dioscorides yang berjudul Al-Hasyaisy. 

4. Mīzān ath-Thabīb (The Physician’s Balance).

5. Maqālah fi al-Laymūn (Catatan tentang Lemon). Kitab ini diterjemahkan dan dipakai keterangannya oleh Andrea Alpago untuk menyusun karangannya tentang jeruk.

6. Risalah fi Tadawi Sumum. Yaitu kitab yang membahas metode pengobatan racun.

6. Kitab Thibb








Dalam salah satu hasil scan, kitab ini terdiri dari 241 halaman. Setiap lembar terdapat beberapa kolom. Ibn Baytar mengelompokkan berdasarkan nama tumbuhan dari huruf Alif sampai Ghain. Disebutkan fungsi tanaman, ciri-ciri tanaman, harga, dst. 

Naskah kitab ini bisa dibaca secara online di sini.


Penelitian Ibn Baytar

Ibn al-Baytar mempopulerkan pengobatan fotosintesis kemoterapi. Beliau menggunakan serbuk tanaman Al-Khullah untuk mengobati penyakit Vitiligo. Dahulu salah satu suku Berber di Maroko telah menggunakan pengobatan ini. Ibn al-Baytar mencampur tanaman tersebut dengan madu, memberikannya kepada pasien, kemudian memaparkan ke sinar matahari sekitar satu atau dua jam hingga berkeringat. 

Beliau selalu mengontrol pasiennya dengan hati-hati sampai ia mengatakan bahwa bintik-bintik yang terinfeksi sudah terkena efek obat tersebut dan muncul gelembung, sedangkan kulit yang sehat tidak terpengaruh, demikian sehingga muncul warna alami secara bertahap.

Ibn Al-Bitar menekankan pentingnya percobaan dalam semua karya tulisnya. yang dimaksud dengan percobaan adalah apa yang terbukti benar berdasarkan pengamatan terhadap tanaman dan uji cobanya, klasifikasi dan pemantauan tahap perkembangan.

Beliau menulis nama-nama tumbuhan beserta titik dan harakatnya, menunjukkan ketelitian dan detil.

Sumber:
dan beberapa sumber lain

Ditulis oleh:
Abu Sa'ad Fida'*

*Mahasiswa Jurusan Syari'ah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) cabang Universitas Muhammad bin Saud di Riyadh Kerajaan Saudi Arabia

0 comments so far,add yours