Print Friendly and PDF

Gambar: Peta pergerakan kapal pasukan Ustmani melalui daratan 



Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar tentang kapal? Pasti yang ada dalam pikiran Anda adalah sebuah alat transportasi yang berjalan dan bergerak di lautan luas, entah itu dengan bantuan angin ataupun dengan bantuan mesin-mesin modern saat ini yang mempermudah pergerakannya. Ya, sudah  berabad-abad lamanya kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi sungai atau lautan luas serta beberapa jenis perairan lainnya. Namun apa jadinya jikalau ada kapal yang berlayar melalui daratan?
Apakah Anda akan percaya jika ada orang yang mengatakan bahwa pernah ada masa-masa di mana seorang pemimpin Muslim memerintahkan kapal-kapal yang berjumlah tak sedikit untuk bisa  berlayar di daratan?

Dan bergeraknya kapal-kapal ini tidaklah pergerakan yang biasa. Bahkan sampai ribuan kilo meter jauhnya.  Menakjubkannya lagi, semua itu hanya dilakukan dalam waktu semalam saja.
Pasti kebanyakan orang tidak mempercayai hal tersebut. Tapi, kenyataannya seorang pemimpin Islam saat itu melakukannya. Dialah Sultan Muhammad II bin Murod yang lebih kita kenal sebagai Muhammad Al Fatih. Dan julukannya ”Al Fatih” atau “Sang Penakluk” ini didapatkannya juga saat melakukan hal yang menakjubkan ini. Sejarah mencatat bahwasanya peristiwa ini terjadi pada tahun 857 H atau bertepatan pada tahun 1453 M saat penaklukan Kota Konstatinopel, ibukota romawi Timur (Byzantium)


Konstatinopel, Kota yang Dijanjikan 

Penaklukan kota Konstatinopel merupakan salah satu hal yang sudah dijanjikan bagi Umat Islam sejak dahulu. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sudah pernah menyampaikannya beberapa abad sebelumnya bahwasanya Kota Konstatinopel akan ada dalam genggaman Umat Islam melalui tangan sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Sudah sejak lama, Umat Islam menyiapkan pasukan-pasukan terbaiknya untuk mewujudkan apa yang pernah Rasulullah beritakan dalam sabdanya.



Gambar; Hadits Rasulullah tentang penaklukan Konstantinopel yang terukir dalam hiasan yang ditempelkan di salah satu pintu Aya Shopia.



Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallm bersabda, "Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka, sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya."


(Hadits ini lemah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/235, Bukhori dalam Tarikh Shoghir hal. 139, Thobroni dalam Al Kabir 1/119/2, Hakim 4/4/422, Ibnu Asakir 16/223 dan lainnya).


Hadits inilah yang mendorong banyak sekali Khalifah dan Panglima perang muslim untuk mengarahkan pasukannya menuju Konstantinopel, kota yang dijanjikan oleh Rasulullah akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Pengiriman Pasukan Muslimin ke sana, dimulai sejak zaman Muawiyah bin Abi Sufyan. Dan hadits inilah yang memberikan motivasi pada mereka untuk menjadi orang-orang terbaik yang telah Rasulullah sampaikan dalam sabdanya.


Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Romawi Konstantinus I di atas situs sebuah kota yang sudah ada sebelumnya, Bizantium, yang didirikan pada permulaan masa ekspansi kolonial Yunani, kemungkinan besar kota ini berdiri sekitar 671-662 SM. Situs ini terletak di jalur darat dari Eropa ke Asia, dan jalur laut dari Laut Hitam ke Laut Mediterania, serta memiliki sebuah pelabuhan yang besar dan masyhur di Tanduk Emas.


Gambar: Peta Konstantinopel (1422) karya Kartografer asal Firenze Cristoforo Buondelmonti adalah peta Konstantinopel tertua yang masih ada, dan satu-satunya peta yang berasal dari masa sebelum kota itu ditaklukkan pada tahun 1453

  



Kota ini terkenal dengan perlindungannya. Kota ini  dilindungi dengan tembok yang mengelilingi kota dengan sempurna baik wilayah laut maupun wilayah daratnya. seluruh wilayah kota Konstantinopel dibatasi oleh laut kecuali sebelah barat wilayahnya, sedangkan 7 km tembok benteng wilayah baratnya terdiri dari tiga lapis tembok di kenal dengan nama tembok theodosius yang terbentang dari teluk Tanduk Emas (GoldenHorn) samapi laut marmara.

Bagian terdalam tembok benteng sebelah barat bersentuhan lansung dengan kota di sebut dengan tembok Mega Teichos atau tembok dalam, Bagian ini menjulang dengan tinggi 18-20 meter dengan ketebalan tembok 5 meter. bagian tembok kedua dikenal dengan nama Mikron Teichos atau tembok luar. diantara tembok dalam dan tembok luar terdapat Peribolos atau teras selebar 15-20 meter dengan tinggi 5 meter. 




 

Gambar: Ilustrasi 3 lapisan tembok pelindung kota Konstantinopel 




 

Gambar: Benteng pertahanan sebelah barat 




Sedangkan tembok sebelah utaranya tepat di wilayah perairan teluk Tanduk Emas sangat rentan akan serangan akan tetapi telah menjadi kebiasaan bagi konstantinopel sejak serangan kaum muslim yamg kedua pada tahun 717, membentangkan rantai sepanjang 275 meter untuk menutup akses ke teluk Tanduk Emas. rantai ini diikat pada menara Euginius sebelah selatan dan pada tembok Castellion di Galata sebelah utara konstantinopel.

 Gambar: Ilustrasi pemandangan salah satu dinding Konstantinopel




Pemimpin dan Pasukan Terbaik

Muhammad bin Murad Bin Muhammad Bin Bayazid, dilahirkan pada 29 Maret 1432 M (833 H) di Adrianapolis (sebuah kota di antara Turki – Bulgaria) adalah salah seorang Sultan Utsmani yang paling terkenal, selain Sulaiman Al Qanuni. Ia merupakan Sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. 

Semenjak kecil, ayahandanya Sultan Murad II  telah membawa para ulama yang berwibawa untuk mendidik Muhammad secara intensif. Dua orang guru yang sangat berpengaruh baginya adalah Sheikh Muhammad Bin Ismail al Kurany dan Sheikh  Aaq Syamsuddin Al Wali yang mana diyakini bahwasanya Sheikh  Aaq Syamsuddin Al Wali merupakan seorang ulama yang hebatyang silsilahnya masih bersambung dengan Abu Bakar As-Siddiq Rhadiyallahu 'anhu

Al-Fatih adalah gelar yang disematkan pada namanya karena dialah yang mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur (Byzantium) yang telah berkuasa selama lebih dari 11 abad.

Sultan Muhammad al-Fatih memerintah selama 30 tahun. Selain menaklukkan Byzantium, ia juga berhasil menaklukkan wilayah-wilayah lain di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan Anatolia dan wilayah-wilayah Eropa, dan termasuk jasanya yang paling penting adalah berhasil mengadaptasi menajemen Kerajaan Byzantium yang telah matang ke dalam Kerajaan Utsmani.

Semenjak hari pertama menjadi sultan, Mehmed II telah mematrikan tekad untuk mewujudkan cita-cita para pendahulunya, menaklukkan Konstantinopel. Oleh karena itu, ia segera menyiapkan segala sesuatunya untuk mewujudkan cita-cita itu. Disiapkannya Para pasukan terbaik di zamannya. Selain itu, dia juga mempersiapkan strategi-strategi yang siap untuk menghadapi setiap keadaan yang kemungkinan akan dihadapi olehnya. 

Pasukan yang disiapkannya bukanlah pasukan biasa. Karena pasukannya adalah pasukan terbaik di zamannya. 



 Gambar: Lukisan Ilustrasi Sultan Muhammad Al Fatih bersama pasukannya. 





 Gambar: Lukisan yang menggambarkan peperangan pasukan Utsmani


Penaklukan Konstantinopel

Bagi Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel memang tidak mudah. Sebagai benteng Kristen di Eropa dan Asia, tentu pasukan Salib akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan diri. Ini terbukti bahwa sejak kakek buyutnya penaklukan Konstantinopel tak pernah bisa terwujud. Sudah ratusan ribu pasukan telah dikerahkan, namun benteng Konstantinopel tak bisa ditembus. Pada masa kakeknya misalnya, pasukan Turki Utsmani telah berhasil mengepung Konstantinopel sehingga bisa memaksa Kaisar Konstantinopel pada waktu itu menyerah. Akan tetapi, keberhasilan yang sudah berada di depan mata itu akhirnya berantakan ketika tentara Mongol yang dipimpin Timurlenk menyerang Turki Utsmani.

Menghadapi kondisi yang sulit tersebut maka mau tak mau kakek Muhammad Al Fatih, Bezayid, menarik pasukannya dari Konstantinopel. Belajar dari kegagalan demi kegagalan tersebut maka selain mempersiapkan kekuatan militer, Muhammad Al Fatih juga mempelajari segala hal tentang Konstantinopel. Salah satu yang ia pelajari adalah mitologi tentang kota tua itu. Sepanjang hari ia habiskan waktunya di perpustakaan. Buku-buku kuno ia buka dan baca halaman demi halaman. Ia berusaha terus mencari rahasia di balik benteng-benteng Konstantinopel sehingga kota itu tak mudah dirobohkan.

Setelah sekian lama menyusuri isi buku demi buku akhirnya Muhammad Al Fatih menemukan apa yang dicarinya. Dalam sebuah buku dijelaskan tentang keyakinan rakyat Konstantinopel. Mereka, rakyat Konstantinopel, percaya bahwa kota mereka akan selalu dilindungi oleh bulan purnama. Bagi mereka bulan purnama ibarat payung suci yang akan selalu memberikan berkah pada Konstantinopel. Pertama kali membaca mitologi ini awalnya Muhammad Al Fatih tidak begitu hirau. Akan tetapi, setelah merenungkannya akhirnya ia memperoleh pelajaran yang cukup berharga, yang kelak pelajaran tersebut akan ia gunakan ketika menyerang Konstantinopel. Begitu mendapatkan apa yang telah dicarinya, rasa percaya Muhammad Al Fatih semakin bertambah. Ia yakin Konstantinopel akan dapat dikuasai.

Kini secara mental Muhammad Al Fatih telah siap. Sekarang tinggal bagaimana ia mempersiapkan pasukannya. Turki Utsmani memang telah memiliki yanisari, sebuah pasukan khusus yang andal. Tapi Muhammad Al Fatih menyadari kalau hal ini tidak akan cukup untuk bisa mengalahkan Konstantinopel.

Maka ia mengundang beberapa ahli pembuatan misau dan pengolahan logam. Selama beberapa hari mereka mengadakan diskusi yang mendalam tentang pembuatan senjata baru. Dan, akhirnya mereka mampu mengembangkan meriam jenis baru. Meriam ini diberi nama Orhan. Para sejarawan mencatat bahwa meriam yang dibuat tersebut –diberi nama Meriam Raja– merupakan meriam terbesar pada masa itu, beratnya ratusan ton dan memerlukan ratusan tentara untuk mengangkatnya.




Gambar: Meriam yang digunakan selama penaklukkan kota Kontantinopel pada tahun 1453 M , Meriam ini dibuat oleh seorang ahli meriam dari Hungaria.
Panjang meriam ini adalah 8 meter dengan berat mencapai 16,8 ton dan berdiameter 750 mm. Meriam ini mampu melemparkan peluru bola dari batu dengan diameter 63 cm sampai sejauh 2 km. Selama pengepungan kontantinopel meriam ini ditarik oleh 60 lembu dan 200 tentara Utsmani.




Jam telah berganti hari. Hari berganti bulan. Dan, persiapan pun semakin matang. Pada titik akhir persiapan Muhammad Al Fatih telah berhasil mengumpulkan 250.000 pasukan, jumlah ini lebih besar dari kekuatan militer manapun. Selama bertahun-tahun pasukan tersebut telah dilatih untuk menghadapi segala macam medan pertempuran.

Setelah persiapan militer ia anggap cukup, Muhammad Al Fatih membuat perjanjian damai dengan musuh-musuhnya. Perjanjian yang dibuat antara lain dengan Kerajaan Galata. Strategi ini ternyata cukup ampuh. Adanya perjanjian-perjanjian tersebut membuat Bizantium panik. Oleh karena itu, tak mengherankan kalau mereka mencoba membujuk Muhammad Al Fatih agar menghentikan serangan. Akan tetapi, usaha itu sia-sia. Muhammad Al Fatih bergeming. Ia teguh pada pendiriannya.
Strategi selanjutnya yang dilakukan Muhammad Al Fatih adalah menguasai kota Rumeli. Kota ini terletak di Selat Bhosphorus, di antara tebing yang memisahkan Eropa dan Asia. Sejak lama kota ini mempunyai peran yang penting bagi pelayaran dunia. Kapal dari Eropa yang hendak ke Asia, dan begitu sebaliknya, selalu melalui kota ini. Dengan direbutnya kota tersebut oleh pasukan Muhammad Al Fatih maka jalan untuk menguasai Konstantinopel tinggal sejengkal lagi.



Saat Kapal-Kapal Berlayar di Atas Daratan

Namun, yang menjadi masalah adalah letak Konstantinopel yang sangat strategis sebagai kota pertahanan. Bahkan, kota ini mendapat julukan, "The City With Perfect Defense" Kota yang memiliki perlindungan sempurna. Sebagaimana yang telah kami jelaskan tadi, bahwasanya kota ini dilindungi oleh tembok-tembok kuat yang sangat tebal dan berlapis tiga.

Belum lagi, orang-orang Konstantinopel membentangkan rantai raksasa sepanjang 275 meter untuk menutup akseske Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) Rantai ini diikatkan pada menara Eugenius di tembok Konstantinopel dan sisi lainnya pada Castellion, tembok segi empat yang ada di Galata. Dengan susunan 60 cm setiap mata rantainya, dan tebal besi 4 cm, rantai ini memberikan sebuah blokade sempurna sehingga tak satupun kapal dapat melewatinya.


Gambar: Rantai Asli yang dipakai untuk menjaga teluk tanduk emas pada tahun 717- 1453



Sultan Muhammad Al Fatih menyadari, selama Selat tanduk Emas tidak dapat mereka akses, maka selama itu pula pengepungan akan menjadi sulit. Karena itu, Sultan mengumpulkan para pimpinan pasukannya dan berfokus pada sebuah pertanyaan, "Bagaimana Teluk tanduk Emas bisa direbut, sedangkan rantai raksasa menghalangi pada pintu masuknya?"

Kedua ujung rantai diikat permanen pada menara dan dinding yang kokoh, menghancurkan menara dan temboknya perlu kekuatan yang besar dan waktu yang banyak. Terlebih lagi, tidak ada pijakan yang cukup untuk mengarahkan meriam. Ekspedisi laut juga sudah dilakukan sebelumnya, namun selalu saja rantai raksasa dan kapal-kapal yang ada di dalamnya dapat menolak serangan laut.

Di tengah-tengah diskusi yang cukup sulit itu, Sultan Muhammad Al Fatih akhirnya menengahi dengan ucapannya, " Jika kita tak dapat memutuskan rantai itu, maka kita akan melewatinya.
Melewati yang di maksud oleh sultan adalah melewati rantai raksasa melalui jalur darat, ini berarti mengangkat kapal-kapal dari Double Columms diselatan Selat Bhosporus melewati daratan Galata melalui Valley of Springs di Teluk Tanduk Emas agar bisa mengatasi Rantai.



Gambar: Jalur perjalanan kapal melalui daratan yang direncanakan Sultan Muhammad Al Fatih 



Walaupun terdengar mustahil, pasukan Utsmani tak ada yang menganggapnya begitu. Semangat yang ada di dada-dada mereka bergejolak, keimanan mereka hendak diuji, seberapa siapkah mereka menjadi pasukan terbaik yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam

Sultan Muhammad Al Fatih senantiasa mengingatkan pasukannya dengan sabda Rasulullah tentang pemimpin terbaik dan pasukan terbaik yang akan menaklukkan Konstantinopel.

Persiapan pun segera dilakukan. Ratusan sapi jantan disiapkan, gelondongan kayu, serta minyak hewan dan lemak yang diguknakan untuk pelumas segera dikumpulkan. Malam harinya, ketika segala sesuatu sudah disiapkan dimulailah segera perjalanan 70 kapal ini melalui daratan. 

Bagi sebagian orang, hal ini tidaklah mungkin. Namun, bagi Sultan Muhammad Al Fatih ini menjadi sebuah bukti bahwasanya apa yang Ia lakukan adalah sebuah keajaiban yang merupakan karunia yang Allah berikan padanya. Ini pula yang menjadikannya tercatat dalam tinta emas sejarah sebagai orang yang pernah menjalankan armada besar kapal perang melalui daratan.
  




Gambar: Sultan Muhammad Al Fatih memimpin pergerakan kapal-kapal perang Pasukan Utsmaniyah melalui daratan dari Selat Bhosporus sampai Tanduk Emas



Pagi yang Mengagetkan

Apa yang terjadi pada hari berikutnya merupakan salah satu daripada keajaiban strategi perang. Pada 22 April 1453, pasukan Konstantinopel terbangun pada pagi hari ketika mendengan gemuruh suara takbirberkumandang dari arah Teluk Tanduk Emas. Merasa ada yang tidak beres, seluruh pasukan berlarian melihat sumber suara yang mereka dengar. Tidak seorangpun yang melihat pemandangan saat itu, kecuali akan timbul rasa ngeri pada hatinya. dari kejauhan, panji perang Rasulullah berwarna hitam dengan ukiran syahadat ditemani bendera merah-hijau Utsmani dengan lambang bulan sabit berkibar. Ketika mereka mengearahkan pandangannya ke bawah bendera itu, nampaklah bagi mereka sebuah pekerjaan yang digerakkan oleh langit. Derekan kapal-kapal perang Utsmani berjajar rata di bukit Galata, beberapa sedang menaikinya dan yang lain telah turun dan berlabuh di teluk Tanduk emas.

Mereka berteriak histeris, seakan tidak percaya atas pemandangan luar biasa yang kini ada di hadapan mereka. Rasa takjub dan khawatir segera menyelimuti pasukan pertahanan Konstantinopel.

Di sisi lain, kapal-kapal itu terus bergerak. Bagaikan membelah bukit dengan ketingian rata-rata 60 meter di atas permukaan air laut. Ratusan sapi jantan dikerahkan untuk menarik kapal-kapal Utsmani dan ratusan lelaki membantu mengarahkan dan menariknya. Tak hanya itu, beberapa dari mereka juga ikut menarik kapal-kapal dengan segenap tenaga yang mereka miliki.

Sebagian kapal mengibarkan layarnya seakan-akan sedang berlayar di lautan lepas. Yang lainnya, mengarahkan dan menyemangati para pendayung dengan pekikan semangat yang berapi-api.

dengan putus asa, pasukan bertahan Konstantinopel menyaksikan 70 kapal Utsmani tutun ke perairan mereka tanpa bisa berbuat apapun.


 





Gambar: Ilustrasi pagi 22 April 1453 sat pasukan bertahan dan penduduk Konstantinopel menyaksikan kapal yang telah berlayar di atas daratan serta berada di selat Tanduk Emas.




Rakyat Bizantium juga begitu terkejut melihat peristiwa “kapal-kapal yang berlayar di daratan”. Mereka tak percaya dengan kejadian yang mereka lihat. Karena tak percaya, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, dan sebagian yang lain mencubit diri mereka sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi. Tapi kenyataan memang kenyataan. Setelah yakin bahwa peristiwa yang mereka lihat adalah kenyataan, tuduhan-tuduhan pun mulai terlontar. Sebagian dari mereka berpandangan bahwa pasukan Turki Utsmani pastilah dibantu oleh jin dan setan. 
Sementara itu, Yilmaz Oztuna, penulis buku “Osmanli Tarihi”, menceritakan bagaimana seorang ahli sejarah Bizantium berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad al-Fatih telah menukar darat menjadi lautan, melayarkan kapalnya di puncak gunung dan bukannya di ombak lautan. Sesungguhnya Muhammad al-Fatih dengan usahanya ini telah mengungguli yang pernah dilakukan Alexander the Great!”
Mari kita dengarkan pula apa yang sejarawan lain gambarkan tentang hal ini.

Seorang penulis Yunani, Mellisenos menuliskan tentang hal ini, "Itu merupakan sebuah pencapaian yang menakjubkan dan strategi bermutu tinggi dari taktik pertempuran laut."

"Sebuah pemandangan yang luar biasa untuk disaksikan, kenang Krisvoulos, "Kapal-kapal itu ditarik melalui jalan darat seolah olah Ia sedang berlayar di lautan, lengkap dengan awak, layar, dan seluruh perlengkapannya."

Yang paling menakjubkan dari peristiwa ini adalah semuanya berjalan hanya dalam hitungan jam. Ya, hanya dalam semalam kapal-kapal perang Utsmani berlayar dari Double Columms diselatan Selat Bhosporus melewati daratan Galata melalui Valley of Springs dan tiba di Teluk Tanduk Emas.

Semua itu tak lain dan tak bukan adalah salah satu karunia yang Allah berikan bagi salah satu pasukan terbaik-Nya, sebagai pasukan terbaik yang telah disabdakan oleh Rasulullah ratusan tahun sebelumnya.

kejadian ini pula yang menjadi salah satu kunci ditaklukkannya kota Konstantinopel beberapa waktu setelahnya pada tanggal 29 Mei 1453.




 Gambar: Lukisan Ilustrasi Sultan Muhammad Al Fatih dan pasukannya memasuki pintu kota Konstantonopel, 29 Mei 1453.





Gambar: Pemandangan kota Konstantinopel, khususnya Tanduk Emas saat ini




Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kegigihan Sultan Muhammad Al Fatih serta meneladaninya dalam kehidupan kita. Terutama, mewujudkan hal-hal yang dianggap orang tak akan mungkin sepertihalnya saat beliau menggerakkan kapal melalui daratan. 

***

Referensi:

Buku: 

Muhammad Al Fatih 1453 karya Felix Siaw

Website: 

https://menoflostglory.wordpress.com

http://www.turkpress.co/

https://ar.m.wikipedia.org/

https://sainstory.wordpress.com/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/

http://sejarahilmu.blogspot.co.id

https://kisahmuslim.com/

 




***  

 :

Ditulis dan disusun oleh Ahmad Yusuf Abdurrohman*

*Mahasiswa Prodi Takmili di Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab Jakarta cabang Universitas Muhammad bin Saud Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia


2 comments so far,Add yours

  1. Benarkah ribuan km kapal menyebrangi daratan.

    BalasHapus
  2. paragraf ke 2 baris pertama ngawur, "Dan bergeraknya kapal-kapal ini tidaklah pergerakan yang biasa. Bahkan sampai ribuan kilo meter jauhnya". 3 mil ko dibilang ribuan kilo?!!??

    BalasHapus