Gambar di atas adalah gambar peta dunia buatan seorang Geografer Islam, Ibnu Hawqal, yang dibuat pada abad ke-10 Masehi, sekitar 1000 tahun yang lalu. Peta di atas ini sedikit kami modifikasi dengan penambahan warna dan pengubahan posisi kemiringan, dengan tetap menjaga orisinalitas bentuk dan substansi.
Kami modifikasi? Ya. Karena beberapa hal berikut ini:
- Di masa peradaban Islam, arah Selatan diletakkan di bagian atas peta, sementara Utara di bagian bawah. Berbeda 180 derajat dibandingkan peta modern hari ini. Maka kita perlu sedikit memosisikannya sesuai dengan peta modern demi memudahkan pembaca.
- Sampai saat ini saya tidak berhasil menemukan peta Ibnu Hawqal yang tinggi resolusinya. Maka solusinya adalah restorasi manuskrip dengan edit-grafis.
- Tulisan asli peta berbahasa Arab. Untuk memudahkan pembaca, kami ubah tulisan-tulisan Arab tersebut ke tulisan latin berbahasa Indonesia dengan disertai sedikit perbandingannya dengan peta modern.
- File asli peta tidak berwarna. Ini membuat orang yang melihatnya agak tidak mudah membedakan mana daratan mana lautan. Kami pun menambahkan warna pada peta ini untuk memudahkan.
Saran saya, buka gambar peta Ibnu Hawqal di atas dan download, agar Anda bisa melihat lebih jelas nama-nama negeri kuno abad ke-10 Masehi dengan memperbesar gambar peta di Gadget anda.
Adapun berikut ini adalah gambar asli peta dari beberapa Manuskrip kuno karya Ibnu Hawqal. Silahkan bandingkan:
Lihatlah dengan seksama bagaimana peta ini memposisikan arah Selatan di bagian atas peta, sementara arah Utara berada di bagian bawah. Sebenarnya, gambar asli Manuskrip ini tidak berwarna hitam putih, akan tetapi file terbaik yang berhasil kami temukan hanyalah ini.
Sedangkan berikut ini adalah peta Ibnu Hawqal dalam manuskrip kuno lainnya:
Sama dengan peta sebelumnya, peta ini juga menjadikan Selatan sebagai bagian atas peta, dan Utara sebagai bagian bawah peta. Maka di peta ini, Rusia dan Eropa berada di bagian bawah, sementara Afrika berada di atas. China berada di bagian kiri. Dan Jazirah Arab berada di tengah.
Untuk mengenal lebih dalam peta kuno Ibnu Hawqal, Anda bisa membaca tulisan berikut ini. Dan ingat, di akhir artikel kami tambahkan peta-peta daerah/benua yang dibuat oleh Ibnu Hawqal, jangan sampai Anda lewatkan peta-peta langka ini!
TENTANG IBNU HAWQAL
Ibnu Hawqal, jika Anda search di Wikipedia, anda akan temukan bahwa beliau lahir pada tahun 943 M. dan meninggal pada 977 M. Padahal, fakta sebenarnya; Ibnu Hawqal tidak diketahui secara pasti tahun lahir dan wafatnya. Satu-satunya informasi yang mendekati kepastian adalah, beliau lahir jauh sebelum tahun 320 H. dan wafat setelah tahun 367 H. Adapun menurut Dr. Raghib as-Sirjani, Ibnu Hawqal hanya tidak diketahui tanggal lahirnya, adapun wafatnya maka pada tahun 380 H./990 M.
Ibnu Hawqal berasal dari kawasan al-Jazira Eufrat (sekarang di Turki), sebelah utara kawasan Mardin. Beliau juga disebut dengan julukan an-Nushaybini, nisbat kepada kota Nushaybin (Nisibis) di kawasan ini.
Sangat sedikit sekali informasi tentang Ibnu Hawqal ini. Hanya saja, sebagian peneliti meyakini bahwa beliau hanyalah seorang pedagang yang berbasis di kota Baghdad (Irak), yang memiliki hobi berpergian jauh. Namun berdasarkan karya Ibnu Hawqal yang berjudul “Shurat al-Ardh” (Gambar Bumi), kita bisa menyanggah asumsi tak berdasar ini. Justru Ibnu Hawqal adalah seorang penulis mumpuni, pedagang, penjelajah, Sejarahwan, sekaligus Geografer dengan kapasitas keilmuan Bahasa Arab yang menunjangnya.
MASA MUDA IBNU HAWQAL
Ibnu Hawqal menghabiskan masa kecilnya di daerah Nushaybin/Nisibis (Turki). Kemudian beliau mulai berdagang di kota Mosul (Irak) beberapa tahun. Sejak saat itulah beliau sudah banyak membaca catatan-catatan para penjelajah dan Geografer yang mengelilingi dunia. Di masa mudanya, Ibnu Hawqal telah menelaah buku-buku Geografi berikut:
- “Al-Masalik wal-Mamalik” karya Ibnu Khurdadzbih (820-912 M.).
- “Al-Buldan” karya Qudamah bin Ja’far al-Baghdadi (873-948 M.).
- “Al-Masalik wal-Mamalik” karya al-Ishthakhri (w. 957 M.).
- “Al-Masalik fi Ma’rifat al-Mamalik” karya Al-Jihany (w. 375 H.), Menteri dari Amir Khurasan saat itu, Isma’il as-Samaniy. Buku ini tidak ditemukan sisanya kecuali bagian yang sempat dinukil oleh para Geografer sesudahnya, seperti al-Idrisy.
Dari membaca buku-buku inilah bertambah rasa cinta Ibnu Hawqal pada dunia penjelajahan, hingga akhirnya beliau memulai sendiri perjalanan beliau. Namun ada juga sebagian peneliti yang menganggap bahwa Ibnu Hawqal merasa tidak puas dengan buku-buku Geografi di atas. Beliau merasa buku-buku ini belum memenuhi fungsinya sebagai buku Geografi. Sehingga beliau pun memulai perjalanannya untuk menyempurnakan fungsi buku-buku tersebut.
PENJELAJAHAN IBNU HAWQAL
Berdasarkan tulisan Dr. Raghib as-Sirjani, Ibnu Hawqal memulai perjalanannya mengelilingi Dunia pada tahun 331 H./943 M. Beliau terus menjelajahi berbagai belahan dunia selama lebih dari 30 tahun. Dari Timur ke Barat, dari sungai Indus (di Pakistan/India) hingga Samudera Atlantik. Dan sepanjang penjelajahannya, beliau menelusuri hampir semua kawasan, kecuali gurun Sahara, padang pasir terbesar di dunia yang berada di Afrika. Beliau hanya melihat sebagian kecil dari gurun Sahara.
Ibnu Hawqal juga masuk ke kawasan Bulgaria, bahkan beliau sampai berdagang ke daerah pertengahan Sungai Volga (Rusia). Ditambah lagi, beliau pun mencatat keadaan daerah tersebut beserta penduduknya. Dan tentu, ini adalah catatan sejarah yang amat langka yang berbicara tentang Rusia di abad ke-10 Masehi.
Beliau juga berkeliling ke berbagai penjuru Maghrib Arabia (sekarang mencakup 5 negara Afrika Utara; Tunisia, Aljazair, Mauritania, Maroko, dan Libia), juga Andalusia (sekarang Portugal dan Spanyol). Beliau pun sempat singgah di Napoli dan Palermo (di Italia) pada tahun 363 H. Oleh karena penjelajahan ini, Ibnu Hawqal dianggap sebagai penjelajah yang paling luas ilmunya tentang dunia bagian Barat di zaman itu.
PERTEMUAN DUA GEOGRAFER AGUNG; IBNU HAWQAL DAN AL-ISTHAKHRI
Dr. Raghib as-Sirjani menyebutkan bahwa Ibnu Hawqal tercatat sempat bertemu dengan al-Isthakhri pada tahun 340 H./951-952 M. Dan di saat itu, al-Isthakhri sendiri sudah membuat 2 buah peta; satu peta kawasan Sind/sekitar sungai Indus (Pakistan), dan satunya peta kawasan Persia (Iran).
Pertemuan itu terjadi di India. Saat itu, Ibnu Hawqal menunjukkan dua buah peta buatannya; satu peta Adzerbijan, dan yang kedua adalah peta jazirah Arab. Al-Isthakhri pun banyak memuji kedua peta ini, lalu meminta Ibnu Hawqal untuk memeriksa kembali buku karya al-Isthakhri yang berjudul ‘al-Masalik wa al-Mamalik’ dan mengkoreksinya. Sejak saat itu, buku al-Isthakhri pun menjadi rujukan utama Geografi Ibnu Hawqal.
![]() |
gambar: Peta kuno al-Isthakhri dalam salah satu Manuskrip kuno. Ingat, arah Utara berada di bagian bawah peta, bukan di atas! |
IBNU HAWQAL DAN PARA GEOGRAFER MUSLIM
Dibandingkan dengan pakar-pakar Geografi lainnya, Ibnu Hawqal adalah yang paling unik dan langka dari antara mereka, sebab beliau menjadikan pengamatan mata beliau sebagai sumber utama bagi karya Geografinya. Beliau bukan hanya seorang peneliti Pustaka-pustaka Geografi, namun beliau juga penjelajah ulung. Beliau telah menjelajah dari India hingga Spanyol, juga dari Afrika Timur bagian selatan hingga Rusia. Dari persaksian mata beliau inilah kemudian buku “Shurat al-Ardh” hadir sebagai harta karun Geografi yang berbumbu Sejarah Sosiologis dari berbagai belahan dunia.
Buku karya beliau ini menyempurnakan, mengembangkan, sekaligus mengkoreksi 2 karya Geografi Muslim sebelumnya; “al-Masalik wa al-Mamalik” karya al-Isthakhri dan “Shurat al-Aqalim” karya al-Balkhi. Bahkan di Mukaddimah buku beliau ini, dengan terus terang beliau nyatakan bahwa buku ini akan mengkoreksi kesalahan-kesalahan para pendahulu.
Sebagaimana yang telah lalu, beliau diminta langsung oleh al-Isthakhri untuk mengkoreksi karya beliau “Al-Masalik”, dan karya ini sendiri sebenarnya adalah koreksi dari buku “Shurat al-Aqalim” karya al-Balkhi.
Ibnu Hawqal mencukupkan diri dengan menyalin dan mengolah kembali pembahasan al-Istharkhi tentang Jazirah Arab, Teluk Arab, Khuzestan (Iran), Persia, dll. Ibnu Hawqal hanya menambahkan padanya beberapa tambahan yang dirasa penting. Sebagaimana pula beliau mengambil rujukan dari karya-karya penelitian yang berbicara tentang Mesir, Syam, Iraq, dan kawasan Transoxiana.
Adapun perubahan/koreksi yang dibawa oleh Ibnu Hawqal di antaranya tampak pada pembagian wilayah-wilayah Maghrib Arabia (Afrika Utara), Spanyol, dan Sicilia, yang semuanya ini adalah sayap barat dunia Islam. Dalam membahas wilayah-wilayah ini sangat tampak sekali gaya Ibnu Hawqal yang jauh berbeda dari tulisan-tulisan al-Istharkhi.
Dan berikut ini pernyataan langsung Ibnu Hawqal dalam “Shurat al-Ardh” jilid I hlm. 4, beliau menjelaskan tujuan sekaligus keistimewaan buku ini dibanding buku-buku Geografi lainnya:
“Tujuan dari penulisan bukuku ini adalah menggambarkan iklim-iklim (benua) dunia yang sama sekali belum disebutkan oleh orang-orang yang berhasil menyaksikan wilayah-wilayah ini secara langsung, dalam batas pengetahuanku.
Adapun penyebutan kota-kota Benua tersebut, gunung-gunungnya, sungai-sungainya, laut-lautnya, dan jarak tempuh antar wilayah di sana, serta segala yang telah saya sebutkan tentangnya, mungkin barangkali bisa ditemukan juga dalam buku-buku riwayat kabar-kabar (Sejarah) secara terpisah-pisah (belum terkumpul menjadi satu seperti bukuku ini).
Dan tentu tidaklah sulit bagi para penjelajah dari berbagai negeri untuk menyelidiki hal-hal yang telah saya bahas tadi, meskipun kaum penjelajah yang fanatik terhadap Negeri dan sukunya akan berpendapat menyelisihi fakta-fakta yang saya bawa dalam buku ini.”
Dari pernyataan Ibnu Hawqal di atas, setidaknya terdapat 3 keistimewaan buku beliau ini dibandingkan karya-karya Geografer Muslim lainnya.
1. Buku ini membahas wilayah-wilayah yang belum dibahas oleh para pendahulunya, dan yang beliau maksud di antaranya adalah kawasan Barat Dunia Islam (Afrika Utara dan Eropa Barat).
2. Buku ini menghimpun informasi-informasi penting nan langka tentang setiap Benua. Dan info-info ini -kalaupun berhasil ditemukan di buku-buku lain-, maka dia tidak terhimpun dalam satu kesatuan pembahasan.
3. Buku ini jauh dari fanatisme kepada suatu Negeri atau suku. Jauh dari ‘manipulasi data Sejarah’ yang bersumber dari opini pribadi. Sebab di masa itu, terdapat cukup banyak Kerajaan-kerajaan Islam, yang tidak mungkin lepas dari persaingan.
METODE PENULISAN IBNU HAWQAL DALAM ‘SHURAT AL-ARDH’
Ibnu Hawqal mengikuti metode penulisan al-Isthakhri dalam karya Geografinya dengan mengambil skemanya. Al-Isthakhri sebelumnya membagi dunia Islam menjadi 20 bagian iklim (benua). Ibnu Hawqal datang menambahkan 2 iklim baru; Andalusia dan Sicilia (di Italia). Di awal buku, Ibnu Hawqal menyebutkan posisi masing-masing iklim secara urut beserta ukuran masing-masingnya, juga jarak dari suatu iklim ke iklim lainnya. Penjelasan ini adalah penjelasan global tentang negara-negara dunia secara keseluruhan.
![]() |
gambar: Peta Pulau Sicilia di Italia yang berwarna merah tua |
Barulah setelah itu, Ibnu Hawqal mulai membahas satu per-satu iklim tersebut, dimulai dari Jazirah Arab, didasarkan di atas pandangan bahwa pusat Bumi adalah Mekkah, barulah setelah itu berlanjut ke negeri Persia, lalu daerah Maghrib Arabia (Afrika Utara), lalu ke Eropa Selatan (Andalusia, Sicilia, Napoli), lalu ke Mesir, Syam, lautan Imperium Roma Bizantium, lalu Irak, barulah kemudian membahas negeri-negeri Asia Tengah dan India. Di antaranya beliau juga membahas Rusia.
Di setiap iklim dan kota beliau bahas batas-batas kota tersebut dengan wilayah lain yang berada di utara, selatan, timur, atau barat kota tersebut. Dalam buku ini, Ibnu Hawqal juga menyebutkan sungai-sungai besar dunia dan pertemuan alirannya dengan lautan.
Buku ini juga penuh dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi di berbagai belahan dunia. Dari sinilah para peneliti mengambil kesimpulan bahwa Ibnu Hawqal adalah seorang saudagar (pedagang).
Selain itu, buku ini juga dipenuhi dengan kabar-kabar dunia di abad ke-10 yang langsung dirasakan sang penulis. Salah satunya, Andalusia. Beliau cukup panjang lebar menjelaskannya, sebab beliau sempat tinggal di Cordoba selama bertahun-tahun lamanya.
Dalam mendeskripsikan Andalusia (Spanyol dan Portugal), beliau bawakan beberapa informasi berharga seputar kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan militer di sana. Beliau jelaskan bagaimana kejayaan Peradaban Dinasti Umayyah di Andalusia, terutama di masa Khalifah Abdur-Rahman an-Nashir. Beliau juga sebutkan barang-barang produk ekspor Andalusia ke negara-negara lainnya.
![]() |
gambar: Salah satu rekaan peta kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol dan Portugal) |
Berdasarkan permintaan al-Isthakhri, Ibnu Hawqal menambahkan begitu banyak koreksi substansial atas karya al-Isthakhri. Terutama pada kawasan-kawasan di Mesir, Maghrib Arabia, Andalusia, Sicilia Italia, Irak, Armenia, dan Transoxiana di Asia Tengah.
BEBERAPA CATATAN PERJALANAN IBN HAWQAL
Di antaranya, Ibnu Hawqal pernah mencatat bahwa di daerah Kaukasus terdapat 360 bahasa yang terpakai, di mana Bahasa Ardziyah (Adzerbijan) dan Persia adalah Bahasa komunikasi (Lingua Franca) antar-daerah di Kaukasus.
Di dalam bukunya, beliau juga menampilkan peta kawasan ‘Sind’ (di Pakistan sekarang), beliau juga mendeskripsikan kondisi Geografis dan Kebudayaan ‘Sind’ beserta Sungai Indus (yang juga disebut dengan sungai Sindhu), kawasan peradaban kuno bangsa Arya.
Fakta lainnya: salah satu perjalanan terjauh beliau adalah sampai di titik 20 derajat sebelah selatan garis Khatulistiwa (dengan ukuran di zaman itu), di pesisir Afrika Timur. Di antara yang beliau catat di sana adalah bahwa kawasan tersebut memiliki jumlah penduduk yang begitu banyak, berbeda jauh dengan apa yang disebutkan dalam buku-buku Geografi Yunani kuno.
Deskripsi beliau -berupa catatan perjalanan- tentang daerah-daerah yang pernah beliau jelajahi sangat bermanfaat bagi para penjelajah sesudahnya.
IBN HAWQAL DAN RUSIA
Sebagaimana yang sudah disebutkan di awal, Ibnu Hawqal pernah masuk ke kawasan Bulgaria, bahkan beliau sampai berdagang di daerah Sungai Volga (Rusia). Dalam bukunya, beliau pun sempat mendeskripsikan Kiev (dulu masih masuk Uni Soviet, sekarang ibukota Ukraina). Beliau juga menyebutkan jalur Bulgaria, Volga, dan Xazarlar (Khazar) yang menurut sebagian peneliti, informasi ini mungkin berasal dari Sviatoslav I, penguasa kota Kiev di masa itu.
Ibnu Hawqal adalah Geografer Muslim yang menyaksikan Rusia dan penduduknya secara langsung. Hingga beliau pun menyimpulkan dalam “Shurat al-Ardh” jilid 2 hlm. 397:
“Bangsa Rusia itu ada 3 suku. Pertama, mereka berada di dekat Bulgaria. Raja mereka ini berada di kota bernama ‘Kuyabah’ (sekarang Kiev), kota yang lebih luas dari Bulgaria. Lalu yang kedua ini berada di kawasan yang lebih tinggi dari daerah yang pertama. Mereka ini bernama ‘Solawiya’, Raja mereka berada di kota Sola (sekarang tanah Ilmen Slavs). Lalu yang ketiga adalah kaum yang bernama ‘Artsaniya’, mereka tinggal di kota Artsa.
Para manusia bertransaksi dagang dengan mereka sampai ke kota ‘Kuyabah’ dan sekelilingnya. Adapun kota Artsa, aku tidak dengar sama sekali ada orang non-Rusia yang berhasil memasukinya, karena bangsa Artsaniya ini membunuh orang asing mana pun yang mencoba menapakkan kakinya di tanah mereka.
Bangsa Artsaniya hanya datang untuk mencari air. Mereka hanya berdagang tanpa memberi satu pun kabar tentang keadaan mereka… Barang-barang produksi kota Artsa antara lain Musang-musang hitam, Rubah-rubah hitam, timah, dan air raksa (Zaybaq).
![]() |
gambar: Rekaan pakaian perang bangsa Rusia abad ke-10 Masehi |
Sebagian orang Rusia mencukur habis jenggotnya. Sebagian orang Rusia lainnya memilin jenggot mereka seperti yang biasa dilakukan pada hewan-hewan tunggangan, atau membelitkannya.
Pakaian orang Rusia adalah Qurthaq kecil (pakaian khas di Asia Tengah kuno berbentuk seperti pelapis baju atasan). Sementara itu bangsa Xazarlar, Bulgaria, dan Pejnak (dari Turki) mengenakan pakain Qurthaq sempurna/besar.
Orang-orang Rusia sampai saat ini masih terus melakukan perdagangan dengan kaum Xazarlar dan Romawi. Adapun kawasan Bulgaria besar bertetangga langsung dengan Kerajaan Romawi di bagian Utara. Jumlah penduduk Bulgaria sangat banyak. Bahkan dahulu mereka sempat mengenakan pajak/upeti pada wilayah-wilayah kekuasaan bangsa Romawi. Adapun kawasan Bulgaria dalam, di sana terdapat umat Nasrani dan umat Muslim.”
IBN HAWQAL DAN SUMBANGSIH UMAT ISLAM DI PRANCIS SELATAN ABAD KE-10 M.
Fraxinet adalah hutan luas pohon Ash (Fraxinus) yang berasal dari abad ke10 M. yang ditanam oleh orang-orang Muslim, yang sekarang ada di La Garde-Freinet, dekat Saint-Tropez, di wilayah Provence (Perancis Selatan). ‘Massif des Maures’ sebuah bukit di dekat Fraxinet pun diambil namanya dari orang-orang Muslim yang dahulu tinggal di sana. Arti dari ‘Massif des Maures’ adalah bukitnya orang-orang Moor (suku asli Afrika Utara/Maghrib Arabia).
Menurut salah satu sumber, Kaum Muslim Andalusia memang pernah menguasai wilayah Fraxinet di Perancis Selatan selama hampir 100 tahun, sejak 880 M. hingga 972 M. Adapun kedatangan umat Islam ke Perancis, bila kita telusuri kembali, jauh lebih dari 100 tahun sebelum itu, pada tahun 720-an sudah terjadi beberapa perang antara Muslim Andalusia dan Kristen Prancis. Bahkan sebuah perang besar antara kedua pihak sempat terjadi di tengah-tengah Negeri Perancis di tahun 732 M. Perang itu adalah the Battle of Tours.
![]() |
gambar: Peta lokasi Battle of Tours pada tahun 732 Masehi |
Ibn Hawqal mencatat bahwa daerah Fraxinet (La Garde-Freinet, sekarang di Perancis Selatan) telah berhasil dibudidayakan dengan subur oleh para penduduk Muslim. Mereka telah dianggap mempunyai andil dalam sejumlah inovasi pertanian dan perikanan untuk Fraxinet.
Kawasan sekitar Fraxinet ini dahulu bernama gunung ‘al-Qilal’. Nah, berikut ini perkataan Ibnu Hawqal tentang gunung ‘al-Qilal’:
“Di sana terdapat produksi hasil pertanian yang bagus, irigasi yang cukup, dan lahan untuk bercocok-tanam. Orang-orang Muslim berhasil membuat area ini menjadi layak dihuni; segera setelah mereka baru saja menguasainya.”
Ibnu Hawqal tidak terlalu rinci menyebutkan bagaimana peran umat Islam di Perancis Selatan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa para Muslim Andalusia telah berjasa kepada Eropa dengan mengenalkan 7 hal berikut ini pada bangsa Eropa:
- Gandum hitam (Soba), biji-bijian yang punya 2 nama dalam Bahasa Perancis modern; ble noir (gandum hitam) dan ble sarrasin (gandum Saracen/Arab).
- Iklimatisasi pengembang-biakan Kambing-kambing yang didatangkan dari Afrika Utara. Iklimatisasi adalah proses menyesuaikan fisik Kambing-kambing tersebut dengan iklim baru di Perancis.
- Budidaya Pohon Ek Gabus (Coark Oak/Quercus Suber)
- Seni mengolah getah Pinus untuk dipakai mendempul/menggala Kapal Laut.
- Ilmu dan keterampilan Medis.
- Keramik Ubin
- Rebana (Tambourine)
Bahkan ‘Madrague’, Bahasa Perancis untuk jala penangkap dan pembunuh Ikan, berasal dari Bahasa Arab ‘Madhrabah’. Termasuk juga kawasan Ramatuelle, tempat wisata terkenal hari ini di Perancis Selatan, ternyata nama ini berasal dari Bahasa Arab ‘Rahmatullah’, yang berarti: kasih sayang Tuhan.
Bahkan, tidak mustahil jika Fraxinet di masa kekuasaan umat Islam ini adalah salah satu pusat perdagangan. Ditemukannya banyak bangkai Kapal Dagang di sana memberi sugesti kebenaran praduga ini. Di antaranya, pada tahun 1900-an (1973 dan 1975), di pesisir Provence, Perancis Selatan ditemukan 4 bangkai Kapal Dagang yang berasal dari Andalusia Islam masa Khilafah Cordoba I (929-1031 M.), yang di antaranya membawa guci besar penyimpan makanan, piring, lampu, keramik, dan pot khas Andalusia Islam. Ditemukan pula ketel tembaga, panci, alat-alat pertukangan, batangan-batangan tembaga, dan batu asah riolit (jenis granit) untuk biji-bijian.
Dan, setidaknya hingga hari ini kita masih bisa menemui sebagian peninggalan umat Islam di Provence, Perancis, di antaranya adalah peninggalan mereka di 3 tempat berikut ini:
- Massif des Maures (The Moors’ Plateau/Bukitnya orang-orang Moor), bukit di Perancis Selatan, di dekat Fraxinet. Tingginya 780 m.
- Vallee de la Maurienne’ (The Moors’ Valley), lembah daerah Maurienne (yang sebenarnya berarti bangsa Moor/Maghrib Arabia), lembah melintang pegunungan Alpen.
- Porte des Sarrasins/Porte doree (Saracens’ Gate).
gambar: Massif des Maures dekat Fraxinet |
IBNU HAWQAL DAN PALERMO, KOTA 300 MASJID
“Ibnu Hawqal sangat mengaggumi Palermo, ibukota Sicilia. Kota dengan 300 Masjid, begitulah beliau menjuluki kota yang sempat dikuasai umat Islam itu. Secara mengagumkan, Ibnu Hawqal mampu menggambarkan suasana Palermo pada tahun 972 M. Dalam catatan perjalanannya bertajuk, “Al-Masalik wal Mamalik”, Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah kota Muslim dengan jumlah masjid sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali lebih besar dari Palermo.
Pada saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan kehebatan ‘University of Balerm’ sebuah perguruan tinggi Islam terkemuka di kota Palermo, Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya, umat Muslim di era keemasan berhasil mengibarkan bendera kejayaan dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi di wilayah otonomi Sicilia.”
Demikian tulis Desi Susilawati, dalam artikelnya di Media Nasional ‘Republika’. Anda bisa membaca sendiri penjelasan Ibnu Hawqal tentang kota Palermo dalam buku beliau “Shurat al-Ardh” cetakan Dar Shadir, Beirut Lebanon tahun 1938 M., jilid 1 hlm. 118-131.
Hanya saja saya ingin menambahkan tulisan Desi di atas, bahwa Ibnu Hawqal juga menyebutkan bahwa ada kota yang disebut-sebut memiliki jumlah Masjid yang mengalahkan jumlah Masjid di Palermo. Kota itu adalah Cordoba (di Spanyol sekarang). Para penduduk Cordoba menyebut bahwa Masjid di sana berjumlah 500 Masjid. Akan tetapi Ibnu Hawqal pun membantah asumsi ini berdasarkan perbandingan dari penglihatan dan pengamatan beliau di dua kota tersebut.
Di sisi lain, Ibnu Hawqal juga menggambarkan penduduk Kristen Palermo (di Italia) sebagai penduduk yang tidak punya peradaban dan barbar. Dan tentu saja, para peneliti Kristen di zaman modern tidak menerima catatan sejarah ini, dan mengatakan bahwa Ibnu Hawqal terlalu berlebihan.
![]() |
gambar: Katedral Palermo yang terkenal ini dibangun di atas Masjid besar Palermo |
![]() |
gambar: Salah satu dari sekian jejak Islam yang masih tersisa di Katedral Palermo |
KARYA-KARYA IBNU HAWQAL
Ibnu Hawqal memiliki 2 karya tulis;
- Al-Masalik wa al-Mamalik (Rute-rute Perjalanan dan Kerajaan-kerajaan) yang diambil dari judul buku al-Istharkhi. Buku ini juga disebut dengan ‘Shurat al-Ardh’ (Gambaran Bumi).
Manuskrip kuno buku ini adalah manuskrip peta Kartografis Islam tertua yang hingga hari ini masih bertahan. Manuskrip ini berasal dari tahun 479 H./1086 M. ditemukan di Topkapi Sarayi Muzesi Kutuphanesi di Istanbul, Turki.
Merujuk pada tulisan Gerald Randall Tibbets dalam bukunya “Islamic Cartography” hlm. 111, karya Ibnu Hawqal ini memiliki 3 buah versi; Pertama, versi tahun 350 H./961 M. yang dipersembahkan pada Hamdani. Kedua, versi tahun 360-an H./970-an M. Ketiga, versi terakhir yang dibuat tahun 378 H./988 M.
Berdasarkan tulisan Tibbets juga, Manuskrip-manuskrip ini sekarang terdapat di Istanbul (Turki), Oxford (Inggris), Leiden (Belanda), Paris (Perancis).
Buku Ibn Hawqal ini pertama kali diterbitkan atas penelitian manuskrip oleh J. de Goeie di Leiden, Belanda pada tahun 1873. Buku ini dicetak bersama buku-buku Geografi Muslim lainnya dalam rangkaian yang berjudul: ‘Bibliotheca Geographorum Arabicorum’.
Kemudian buku ini dicetak ulang pada tahun 1938 M. Buku ini juga diterjemahkan ke Bahasa Perancis oleh Kramer Waffet, dan dicetak di Paris pada tahun 1964 M.
Buku ini juga pernah diringkas oleh seorang Anonymous (tidak dikenal) pada tahun 1233 M.
- Adapun buku kedua beliau adalah buku tentang pulau Sicilia (di Italia). Namun buku ini belum ditemukan hingga hari ini.
PETA-PETA WILAYAH BUATAN IBNU HAWQAL
![]() |
gambar: Peta Benua Eropa buatan Ibnu Hawqal. Di bagian kiri negeri Andalusia, lalu dua teluk menonjol di tengah adalah Italia dan Yunani. |
![]() |
gambar: Peta Kurdistan beserta batas-batasnya. Gambar seperti batu itu simbol dari gunung. |
![]() |
gambar: Peta Negeri Kirman |
![]() |
gambar: Peta bumi bagian Selatan (Afrika, Arab, dan Asia Selatan serta Asia Timur). Dalam peta ini Utara berada di kiri. |
![]() |
gambar: Peta Teluk Persia di Timur Tengah oleh Ibnu Hawqal. Sebelah kiri atas adalah Jazirah Arab. Dalam peta ini Utara berada di kanan. |
Sebenarnya masih ada banyak lagi peta-peta Ibnu Hawqal. Anda bisa mendownloadnya sendiri di link berikut:
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=153537
NB: Link di atas adalah link download buku "Shurat al-Ardh" yang berbahasa Arab.
Sumber:
ar.wikipedia.org
en.wikipedia.org
republika.co.id
alittihad.ae
qantara-med.org
islamstory.com
marefa.org
Ditulis oleh:
Ahmad Ubaidillah*
*Mahasiswa Prodi Takmili di Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab Jakarta cabang Universitas Muhammad bin Saud Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia
*Mahasiswa Prodi Takmili di Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab Jakarta cabang Universitas Muhammad bin Saud Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia
0 comments so far,add yours